Selasa, April 18, 2006

Manajemen Curhat

Mencurahkan isi hati (curhat) merupakan kebutuhan fitrah setiap insane untuk menyalurkan pikiran dan perasaan. Kala hati terasa gundah, atau pikiran yang terasa sesak curhat pun bisa menjadi alternative penyaluran endapan emosi untuk melegakan hati atau bahkan mencari solusi.

Dr. Neil Jacobson, peneliti kejiwaan pada Universitas Washington percaya betul manfaat curhat. Menurutnya, membiasakan curhat secara sehat kepada pasangan hidup dapat membantu suami istri mengelola stress. Bahkan, menurut John M. Gottman dan Nan Silver dalam The Seven Principles For Making Marriage Work kemampuan mengelola curhat secara benar antar pasangan merupakan metode yang efektif untuk mengupayakan perbaikan hubungan antara suami istri, yang sedang tegang sekalipun.

Bukan asal curhat
Untuk memperbaiki hubungan dan mencari rasa plong di dada, muslimah pun perlu melakukan curhat. Tetapi perlu diingat, curhat yang tak terkendali justru bbisa menjadi boomerang dan berdampak fatal.

Penyimpangan curhat bisa juga terjadi bila seorang muslimah curhat tanpa bersikap selektif. Misalnya saja curhat pada orang yang salah dan tidak amanah atau melakukan curhat yang isinya tidak proporsional/tidak relevan. Sering terjadi sebagian muslimah mencurhatkan sesuatu yang sebenarnya hanya perlu diadukan kepada Allah. Atau sebaliknya menutupi sesuatu yang seharusnya dicurhatkan kepada orang lain.

Islam sangat mengenali suasana kejiwaan manusia yang membutuhkan curhat sebagai salah satu ekspresinya. Tetapi, sekali lagi curhat ini harus terkendali atau dimenej dengan benar. Diantara indikasi lemahnya tingkat kecerdasan intelektual dan emosional seseorang menurut islam adalah bila ia tidak dapat mengelola curhatnya, sehingga segala yang ada didalam pikiran dan hatinya bagaikan butiran licin yang berada di ujung lidah dan siap menggelinding keluar kapan saja.

Curhat = Konsultasi + Komunikasi
Substansi curhat menurut islam adalah konsultasi dan komunikasi, baik secara vertikal maupun horizontal. Apa yang kita kenal sebagai istikharah, misalnya adalah konsultasi vertikal spiritual untuk mengadukan segala dinamika dan romantika hidup kepada Allah SWT sebagai sumber kekuatan, petunjuk dan pendengar setia keluhan para hamba. Begitupun segala doa, sholat, kontemplasi, tawajjuh dan khalwah kita dengan Nya disaat menyendiri dan hening. Sedemikian pentingnya membiasakan istikharah, sehingga menurut Imam Al Ghazali dalam Ihya nya, para sahabat berkomentar bahwa Rasululloh mengajarkan istikharah secara teliti dan telaten seperti saat mengajarkan surat Al Fatihah.

Manusia memang tidak dapat hidup bahagia dengan memendam perasaan dan pikirannya sendiri tanpa mengutarakan pada orang lain untuk mendapatkan respon dan saran yang lebih baik. Oleh karena itu unsur lain yang sangat penting dalam melakukan curhat adalah musyawarah, yang merupakan cirri khas orang beriman (Qs.Asy Syura : 38)

Kunci kekompakan dan keharmonisan hubungan keluarga/hubungan antar sesama terletak pada kemampuan manajemen curhat melalui musyawarah yang sehat dan benar (QS. Ali Imran : 159). Imam Al Mawardi dalam kitab Adab ad Dunya wad Din, menegaskan bahwa kecerdasan intelektual dan emosional seseorang terlihat dari kebiasaannya yang baik dalam curhat. Indikasinya adalah bilamana ia terbiasa bermusyawarah dalam mengungkapkan isi hati dan pikirannya agar mendapatkan masukan positif dari orang yang tepat dan berkompeten.

Apabila seseorang terlalu yakin dalam menjalani hidup dan memikul perasaannya sendiri, cepat atau lambat ia akan merasa menyesal dan kecewa. Ia akan merugi, akibat tidak melibatkan orang lain dalam masalahnya dan menyia-nyiakan peluang keberkatan dalam mendapatkan bantuan moril maupun materiil dari orang-orang terdekatnya. Tepatlah apa yang dikatakan Umar bin Abdul Aziz : “ Konsultasi dan diskusi merupakan pintu rahmat dan kunci berkah yang tidak akan tersesat dan tidak akan ragu melangkah.”

Para ulama selalu berpesan :”Tidaklah merugi atau kecewa orang yang beristikharah dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah.” Nabi pun bersabda :”Musyawarah merupakan benteng dari penyesalan dan perlindungan dari menyalahkan diri sendiri.”

Umar bin Khatab pun mengelompokkan manusia dalam tiga tipe yaitu :

  1. Orang yang tertutup dan cenderung egois dengan perasaan dan pikirannya sendiri
  2. Orang yang cenderung terbuka dan kooperatif dengan membiasakan curhat kepada orang yang tepat
  3. Orang yang hidupnya bimbang dan bingung namun tidak mau konsultasi dan tidak mau mengikuti saran yang baik.

Pilih orang yang tepat
Curhat yang benar merupakan solusi dan rekreasi, sebaliknya curhat yang salah dapat menimbulkan masalah. Curhat yang benar yaitu disaat yang tepat dan kepada orang yang tepat.

Agar tidak terjadi salah curhat, seorang muslimah dalam manajemen curhatnya harus memperhatikan beberapa tips berikut :

  1. Hanya curhat kepada orang-orang yang berpikiran arif, luas, jernih, cerdas da berpengalaman. Nabi bersabda ; “Curhatlah kepada orang yang berpikira arif niscaya akan benar jalan hidup kalian dan jangan meninggalkan sarannya niscaya kalian akan menyesal.” Iman Abdullah Ibnul Hasan pun menasehati anaknya: “Waspadailah saran orang yang bodoh meskipun ia tulus.”
  2. Pilih teman curhat yang memiliki keimanan, keshalihan dan ketaqwaan, dapat memberikan saran dan komentar yang baik sekaligus mampu menjaga amanah curhat. Nabi berpesan : “Barangsiapa menginginkan sesuatu lalu menkonsultasikannya dengan seorang muslim yang konsekuen niscaya Allah akan memberikan padanya jalan yang terbaik.”
  3. Harus ada ketulusan, kesetiaan, kepedulian dan empati kedua belah pihak yang curhat maupun temannya. Hindari hal-hal yang akan mengeruhkan ketulusan dan mengaburkan niat.
  4. Pilih suasana dan orang yang tepat untuk curhat agar tidak salah paham atau malah memberikan respon dan tangapan yang keliru.
  5. Ingatlah bahwa memang ada beberapa hal dicurhatkan pada orang lain demi meraih kemaslahatan serta menghindari mudharat bila tetap memendamnya. Namun, ada pula hal-hal lain yang hanya dapat dicurhatkan kepada Allah untuk melegakan perasaan dan menumpahka segala emosi. Nabi bersavda :tangapan yang keliru.
  6. Ingatlah bahwa memang ada beberapa hal dicurhatkan pada orang lain demi meraih kemaslahatan serta menghindari mudharat bila tetap memendamnya. Namun, ada pula hal-hal lain yang hanya dapat dicurhatkan kepada Allah untuk melegakan perasaan dan menumpahkan segala emosi. Nabi bersabda :“ konsultasilah dengan nuraani, meskipun telah banyak orang yang memberikan saran kepadamu.”
  7. Pilihlah orang yang memenuhi kriteria diatas dengan mempertimbangkan skala prioritas dan kedekatan, baik fisik maupun psikis. Jangan meninggalkan orang-orang terdekat bila mereka memang layak diajak curhat.

Bila muslimah telah melakukan manajemen curhat yang baik ini berarti ia telah memberi kesempatan bagi dirinya sendiri untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, sekaligus menjadi indikasi kepribadian yang shalihah. Seperti yang diungkapkan lewat Nabi SAW : “Puncak kecerdasan emosional setelah iman kepada Allah adalah sikap simpatik pada orang lain. Tidaklah seseorang yang egois dengan pikirannya akan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidaklah akan celaka seseorang karena musyawarah. Jika Allah menginginkan seorang hamba celaka maka pertama kali yang mencelakakannya adalah pikirannya sendiri. “

Imam Al Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin pun menuturkan petuah para ahli bijak berstari yaitu barang siapa dikaruniakan empat hal tidak akan kehilangan empat hal : Siapa yang dikaruniai syukur tidak akan kehilangan tambahan nikmat, siapa yang dikaruniai taubat tidak akan kehilangan ampunan, siapa yang dikaruniai istikharah tidak akan kehilangan kebaikan dan siapa yang dikaruniai musyawarah tidak akan kehilangan kebenaran.

Wallahu A’lam
By : Dr.H. Setiawan Budi Utomo

Sumber : UMMI edisi 3/2001

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mbak Yuni, terima kasih atas penjelasannya. Isinya bagus sekali. Semoga yang lainnya bisa membacanya.
Mbak, di poin ke-5 pada pilih orang yang tepat, apa sabda rasulullahnya?