Kamis, Agustus 21, 2008

ISLAM & KAUM WANITA

Dewasa ini banyak suara berdengung meneriakkan emasnsipasi wanita. Suara-suara ini mengundang banyak tanya : apa maksud emansipasi wanita ini? Kemana arah gerakan ini? Seperti apa Islam merespon aspirasi ini?.

Di Indonesia, dilandasi semangat perjuangan RA. Kartini yang berjuang untuk kebebasan wanita dizamannya dalam memberikan pendapat, hidup yang terhormat, serta pendidikan yang setara dengan laki-laki, kaum wanita Indonesia terus berjuang menuntut hak-hak mereka yang diabaikan.

Pendidikan, kebebasan berpendapat, kebebasan menentukan pilihan hidup dan lain sebagainya adalah nagian dari sekian banyak tuntutan yang diajukan. Bahkan dalan UU pemilu dengan tegas dinyatakan bahwa setiap partai politik harus mengajukan minimal 30% caleg dari kalangan kaum wanita. Mengaca pada aspirasi diatas muncul pertanyaan : bagaimana islam menyikapi dan memandang derajat wanita?

Pertanyaan tersebut dijawab dengan jelas melalui sebuah hadis yg berbunyi : “al jannatu tahta aqdamil ummahati” yg artinya surga berada dibawah kaki ibu. Hadis ini sekaligus menggambarkan betapa mulianya posisi ibu dalam rumah tangga. Islam sangatlah menghargai kaum wanita terlebih kaum ibu yg bersusah payah mengandung, melahirkan dan merawat anak-anaknya. Terbukti dengan hadis lain yg menyatakan : “Wahai Rasululloh siapakah orang yg harus aku hormati? Rasululloh menjawab Ibumu, lalu aku bertanya lagi : siapa lagi wahai Rasululloh? Rasululloh kembali menjawab Ibumu, lalu aku bertanya kembali : siapa lagi? Rasululloh menjawab Ibumu, lalu aku bertanya lagi : siapa lagi? Rasululloh menjawab : Bapakmu.”

Dari hadis diatas, jelas bahwa islam sngat menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita dengan menyebut kata ibu tiga kali sementara kata bapak hanya satu kali. Wanita dizaman jahiliyah telah lama dianggap sebagai barang yg bisa diperjual belikan, dijadikan harta rampasan perang atau bahkan dianggap barang hina serta aib bagi keluarga. Sehingga Umar Bin Khattab pernah suatu ketika mengubur hidup-hidup anak pertamanya yg seorang wanita. Disisi lain bahkan terdapat tradisi dikalangan umat jahiliyah bahwa anak dapat menikahi ibunya sebagai warisan dari ayahnya.

Dengan hadirnya islam, harkat dan martabat kaum wanita ditinggikan. Didalam Al Qur’an disemua suratnya tidak ada surat yg menggunakan nama Rijal (laki-laki), yg ada hanya surat an_Nisa (wanita).

Wanita bahkan bisa memperoleh harta warisan, dengan mendapat harta warisan ½ dari laki-laki dan tidak ada lagi kaum wanita yg boleh diperjualbelikan. Hal ini seiring dengan karena penghapusan perbudakan serta terlindungnya kaum wanita dalam situasi perang sehingga tidak ada lagi kaum wanita yg dijadikan harta rampasan perang.

Dari segi kesempatan memperoleh pendidikan yg setara, Aisyah RA (Istri Rasululloh) juga salah satu dari sekian banyak penghafal dan perawi hadis yg masyhur kesahihannya, bahkan bisa dikatakan melebihi kemampuan para perawi dan penghafal hadis kaum laki-laki. Rasululloh tidak pernah melarang Aisyah mempelajari al Qur’an dan hadis hanya karena ia seorang wanita.

Kesemua ajaran diatas sangat tegas mengangkat derajat, harkat dan martabat wanita dari titik yg paling rendah. Islam mengajarkan kesetaraan hak antara laki-laki dan wanita sesuai porsinya, jauh sebelum teriakan-teriakan emansipasi bergaung diseluruh penjuru dunia.

Inilah keunggulan islam yg mengatasi kesulitan disegala zaman, dengan kata lain dalam perihal emansipasi wanita, kalau saja semua pihak mau mencermati dan memahami dengan baik pesan yg terkandung dalam al Qur’an tentang pandangannya terhadap wanita, maka rasanya tidak perlu lagi ada teriakan emansipasi wanita yg berlebihan.

Terkait dengan ajaran dan pandangan islam terhadap wanita oleh karenanya sebagai seorang muslim yg taat dan mengabdikan diri mencari ridha Allah SWT sangat tidak dibenarkan jika melecehkan, merendahkan dan menghina derajat, harkat, dan martabat kaum wanita. Kita harus sadar bahwa Allah SWT menciptakan isi dunia dengan adil sesuai porsinya, ada tinggi & ada rendah, ada kaya & ada miskin dsb. Semua diciptakan untuk saling melengkapi.

Terlebih kepada ibu yg telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita, islam sangat melaknat mereka yg melecehkan dan menghina ibu mereka. Sangatlah tidak pantas melakukan hal tersebut sementara kita harus mengingat pengorbann yg telah ibu berikan untuk menjadikan kita anak yg mandiri dan meraih kesuksesan di kemudian hari. Melukai perasaan ibu sama saja dengan kita menukar kebahagiaan hidup kita di dunia dan akhirat dengan siksa yg berkepanjangan dan tiada habisnya.

Oleh karenanya mari kita sama-sama melaksanakan apa yg dipesankan Allah SWT melalui kitab-Nya untuk saling menghargai dan menghormati kaum wanita dalam kondisi apapun, terutama kepada ibu kita. Semua makhluk dihadapan-Nya sma, tidak pandang harta dan jenis kelamin. Dengan membatasi hak dan kesempatan amu wanita untuk memperoleh hak dn melaksanakan kewajibannya, sama saja dengan mendzalimi ajaran agama islam. Semoga kita dapat berbuat adil terhadap sesame dan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Wallahu a’alm bi shawab


Sumber : H. Bachtiar Chamsyah, SE – Risalah Dakwah Makarimul Akhlak edisi IX Juni 2008