Kamis, Juni 18, 2009

Cinta Dan Nafsu

Di jadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran : 14).


Pernahkan Anda jatuh cinta kepada seseorang? Cinta seorang lelaki kepada seorang wanita? Ini pasti dialami oleh anak-anak muda, para remaja, namun juga tidak jarang terjadi bagi seorang yang telah lanjut usia. Cinta kepada sesama lawan jenis merupakan naluri normal manusia. Merasa senang dengan seseorang merupakan hak setiap orang namun sering orang lupa bahwa dibalik ini semua ada nafsu yang bermain.


Naluri dan Syahwat


Perasaan cinta kepada lawan jenisnya yang ada pada tiap diri seseorang manusia adalah normal. Kecintaan kepada sesuatu yang diinginkan, memang sudah menjadi anugerah Allah sejak manusia dilahirkan. Inilah yang dijelaskan dalam Al Qur’an.


Di jadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran : 14).


Ada pengaruh naluri daya tarik antara lawan jenis yang alami, naluri yang ada pada setiap makhluk ciptaan Allah, yang bergerak maupun yang tidak, daya tarik yang merupakan syarat mutlak bagi pengembang biakan makhluk itu. Daya tarik alami ini yang membuat lawan jenis kelamin saling tertarik, saling mendekati lalu terjadi penyatuan yang melahirkan makhluk baru sebagai proses penciptaan yang amat indah dan suci.


Namun disamping naluri yang sifatnya suci dan alami, masuk pula pengaruh nafsu dan dalam cinta asmara, nafsu memainkan peran sepenuhnya sehingga memberikan kesenangan selengkapny kepada manusia yang dilanda cinta. Kenikmatan dirasakan manusia melalui kesenangan yang terkandung dalam panca inderanya. Kalau orang sedang bercinta, mata melihat keindahan pada orang yang dicinta, telinga mendengar kemerduan, hidung menicum keharuman dan segala macam perasaan, sentuhan dan apa saja terasa teramat indah.


Segala macam perasaan yang mengandung susah senang, adalah permainan nafsu. Nafsu memang selalu mempunyai satu arah tujuan, yaitu kesenangan yang dinikmati tubuh melalui panca indera. Anda senang pada makanan tertentu, itu karena nafsu... jika faktor-faktor indera yang mendorong anda menyukainya... misalnya karena enak dilihat, menyenangkan keetika dipandang.


Namun, karena nafsu memegang peran yang begitu besarnya, maka seperti akibat daripada permainan nafsu, semua kesenangan itu setiap saat dapat berubah menjadi kesusahan. Kesenangan dalam cinta yang didasari nafsu itu dalam sekejap mata dapat berubah menjadi kebalikannya, yaitu kesusahan kalau penyebab kesenangan itu lepas dari tangan. Simaklah kisah cinta asmara yang digambarkan Allah dalam Alqur’an, yaitu cinta istri Al Aziz kepada Nabi Yusuf AS.


Dan wanita-wanita dikota berkata: ” Istri Al Aziz mengoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata : (QS. Yusuf : 30)


Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf) :” Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka ”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tanganya dan berkata :” Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mula”. (QS. Yusuf:31)


Wanita itu berkata : ” Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah mengoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku peerintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina ”. (QS. Yusuf : 32)


Tertipu Kesenangan Sesaat


Cinta asmara antara pria dan wanita merupakan suatu perasaan manusia yang paling rumit dan aneh. Cobalah simak apa yang dilakukan wanita itu ketika cintanya yang didasari hawa nafsu ditolak oleh Nabi Yusuf AS. Cinta dengan mudah menjadi kebencian bahkan keinginan untuk mencelakakan yang dicintai...


Diantara manusia ada yang berkata, ”Tidak ada kesenangan melebihi senangnya orang bercinta, dan tidak ada kesusahan hati melebihi orang gagal dalam bercinta! Dunia seakan kiamat, harapan seakan-akan hancur lebur, hidup seakan-akan tiada artinya lagi!”. Pernyataan itu muncul, sebagai gambaran betapa banyak korban cinta nafsu. Dalam saat seperti itu, betapa banyaknya orang yang kurang tabah dan kurang sadar melakukan perbuatan dungu seperti bunuh diri, atau membunuh orang yang menggagalkan cintanya termasuk orang yang dicintainya itu sendiri. Dalam mabuk cinta, kita lupa bahwa segala kesenangan itu ada batasnya, dan tidak abadi.


Jelas bahwa nafsu yang bermain di dalam cinta kasih tidak abadi pula. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Alhadid : 20)


Siapa pun dapat menjadi korban dari ketertipuan cinta nafsu itu. Ketika gagal mendapatkan sesuatu yang didambakannya merasa seolah-olah hidupnya hancur lebur. Dalam keadaan seperti itu, ia tidak tahu bahwa kesusahan, seperti juga kesenangan, tidak abadi, bahkan tidak panjang umurnya, walaupun dibandingkan kesenangan, kesusahan lebih lama dirasakan manusia. Tidak mungkin senang terus tanpa kesusahan, seperti tidak mungkinnya susah terus tanpa kesenangan. Bahkan di waktu siang hari pun, tidak selalu terang benderang, kadang-kadang digelapkan awan mendung, dan malam gelap gulita pun kadang-kadang diterangi bulan atau bintang-bintang. Dalam keadaan senang, orang lupa bahwa kesusahan sudah berada diambang pintu. Dalam keadaan susah, seseorang seolah-olah merasa bahwa tidak ada harapan lagi dan selalu dia akan menderita susah, seperti sakit yang tak mungkin dapat diobati lagi.


Yang abadi adalah sesuatu yang datangnya bukan dari nafsu yang menggelimangi hati akal pikiran. Yang asli dan abadi adalah cinta yang tidak dikotori nafsu dan cinta inilah yang menjadi dasar dari segala perasaan yang baik, cinta ini yang biasa kita namakan dengan rahmat Allah. Rahmat Allah ini terdapat dalam sinar matahari, dalam titik-titik air hujan, dalam gelombang samudera, dalam bersilirnya angin semilir, dalam merekahnya dan harumnya bunga-bunga, dalam senyum ranum dan matangnya buah-buahan, dalam air mata seorang ibu dalam belaian tangannya, dalam pandangan mata seorang ayah, dalam tangis seorang bayi dan masih banyak lagi. Itulah cinta yang bersumber dari Allah dan sesuai ajaran agama-Nya Al Islam.


Melalui ajaran Islam Allah membimbing manusia untuk hidup dalam cinta_nya agar ia dapat mencintai sesamanya dengan tetap berada dalam rahmat-Nya.


Cinta dan Keimanan


Dalam Islam cinta dan keimanan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Cinta yang dilandasi iman akan membawa seseorang kepada kemuliaan sebaliknya cinta yang tidak dilandasi iman akan menjatuhkan seseorang ke jurang kehinaan. Cinta dan keimanan laksana dua sayap burung. Al Ustadz Imam Hasan Al Banna mengatakan bahwa ”dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan”. Bagaimana tidak, jikalau iman tanpa cinta akan pincang, dan cinta tanpa iman akan jatuh ke jurang kehinaan. Selain itu iman tidak akan terasa lezat tanpa cinta dan sebaliknya cinta pun tak lezat tanpa iman. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad SAW : Barang siapa ingin memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah Ta’ala. (Riwayat Ahmad, dari Abu Hurairah ra).


Tidak heran ketika ’Uqbah bin Al Harits rela bercerai dengan istri yang sangat dicintainya Ummu Yahya, atas persetujuan Rasulullah SAW hanya karena pengakuan seorang wanita tua bahwa ia telah menyusukan pasangan suami istri itu di saat mereka masih bayi. Allah mengharamkan pernikahan saudara sesusuan. Demikian pula kecintaan Abdullah bin Abu Bakar kepada istrinya, yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keangungan akhlaknya. Karena ayahnya mengamati bahwa kecintaannya tersebut telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan Allah dan memerintahkan untuk menceraikan istrinya. Pemuda Abdullah memandang perintah itu dengan kaca mata iman, sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya tersebut demi mempererat kembali cintanya kepada Allah.


Subhanallah, pasangan itu telah bersatu karena Allah, saling mencinta karena Allah, bahkan telah berpisah karena Allah. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Bagaimana halnya dengan pasangan yang terlanjur jatuh cinta, atau yang ’pacaran’ atau sudah bercinta sebelum menikah? Hanya ada dua jalan; bersegeralah menikah atau berpisah karena Allah, niscaya akan terasa lezat dan manisnya iman. Dan janganlah mencintai ’si dia’ lebih dari pada cinta kepada allah dan Rasul-Nya.


Dari Anas ra, Rasulullah SAW bersabda : ”Ada tiga hal dimana orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan enggan untuk menjadi kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya sebagaimana enggannya kalau dilempar ke dalam api”. (HR. Bukhari dan Muslim)


Sumber : Ust. H. Aus Hidayat Nur yg ditulis dalam Lembaran Da’wah keluarga ”Marhamah” edisi 884 th 18 1430 H/2009 M