Selasa, Mei 15, 2007

Nabi Kasih Sayang

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri


"Benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri, yang terasa berat baginya penderitaan kalian; penuh perhatian terhadap kalian; dan terhadap orang-orang Mukmin, sangat pengasih lagi penyayang" (QS. 9:128)

Nabi Muhammad SAW diutus Allah tiada lain untuk merahmati semesta alam (QS.21:107). Maka tentulah bukan kebetulan bila ternyata Nabi Muhammad SAW dan agama yang dibawanya merupakan rahmat. Merupakan kasih sayang bagi semesta alam.

Tentulah bukan kebetulan, bahkan hal yang wajar bahwa pembawa kasih sayang adalah seseorang yang pengasih dan penyayang. Siapapun yang mempelajari Sirah Nabi SAW, akan menjumpai kisah-kisah kasih sayang Nabi Muhammad SAW, sebagaimana siapapun yang mempelajari syariat agama akan dengan mudah menemukan bukti hikmah-hikmah kasih sayang Islam.

Kasih sayang bisa dengan mudah Anda temui dalam kehidupan sehari-hari sang Rasul SAW, baik sebagai bapak dan suami dalam lingkungan keluarga, sebagai saudara di kalangan handai taulan, sebagai teman di kalangan sahabat, sebagai guru di antara para murid, sebagai pemimpin di kalangan ummat, bahkan sebagai manusia di tengah mahluk-mahluk Allah yang lain.

Dalam surat At-taubah ayat 128 yang terjemahannya dinukil di awal tulisan ini, Allah menyifati nabi Muhammad SAW dengan beberapa sifat yang kesemuanya merupakan penggambaran akan besarnya kasih sayang beliau. Dalam ayat itu disebutkan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang “'aziezun alaihi maa'anittum”, yang merasakan betapa berat melihat penderitaan dan “harieshun 'alaikum” yang sangat mendambakan keselamatan kaumnya; dan “raufun rahiem”, pengasih lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Penderitaan kaumnya terasa berat sekali bagi Rasulullah SAW; baik penderitaan itu dialami di dunia maupun (apalagi) di akhirat. Oleh karena itu Rasulullah SAW penuh perhatian , dan sangat mendambakan keselamatan kaumnya –ummat manusia- jangan sampai menderita. Dan hal ini dapat dilihat dari sikap dan sepak terjang beliau dalam kehidupan dan perjuangannya : bagaimana beliau menyantuni dan menganjurkan penyantunan terhadap kaum dhu'afa; bagaimana beliau menegakkan dan menganjurkan penegakan kebenaran dan keadilan; bagaimana beliau menghormati dan menganjurkan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia; bagaimana beliau berperingai dan menganjurkan untuk berperangai mulia “(akhlaq al-kariemah);”dan bagaimana beliau tak henti-hentinya melakukan dan menganjurkan “amar ma'ruf nahi munkar” dan seterusnya.

Khusus tentang “amar ma'ruf nahi munkar”, bahkan menjadi ciri Nabi dan juga diharapkan menjadi ciri ummatnya. “Amar ma'ruf nahi munkar,” apabila dicermati, kiranya memang merupakan pengejawantahan dari keinginan keselamatan ummat manusia, agar tidak menderita, yang bersumber dari dan didorong oleh kasih sayang itu pula.

Memang, boleh jadi hanya orang yang mempunyai rasa kasih sayang dan memahami arti sebenarnya dari kasih sayanglah yang mau dan menerima amar ma'ruf nahi munkar. “Amar ma'ruf nahi munkar” hampir tidak bisa dibayangkan berjalan Dan apalagi membudaya dalam masyarakat yang tidak saling menyayangi dan mengasihi.

Maka tidaklah mengherankan bahwa, sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW sangat ditaati, karena dan dengan kasih sayang; bukan ditaati karena ditakuti dan dengan kebencian atau keterpaksaan. Jadi, kasih sayang Allah yang mewujud dalam firman-Nya. perintah dan larangan-Nya melalui pribadinya yang pengasih dan penyayang ke dalam kehidupan ummat manusia. Atau boleh pula dikatakan apabila Islam merupakan kasih sayang Allah, maka Nabi Muhammad SAW merupakan "bentuk konkret" dari Islam itu sendiri. Maka tidak berlebihan jika Sayyidatina Aisyah r.a ketika ditanya tentang Rasulullah SAW hanya mengatakan *"Kaana khuluqul-Qur'an"* (Perilaku beliau adalah Qur'an).

Dan kaum muslimin yang berimanlah yang selanjutnya diharapkan meneruskan membawa kasih sayang Ilahi itu kepada semesta alam. Bukankah Allah sendiri berfirman kepada Nabi SAW *"Qul in kuntum tuhibbuun Allah fattabie'unnie yuhbibkumullah…"* (Katakanlah, "Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah jejakku; niscaya Allah mengasihi kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang") (QS. 3:31). Wallahu a'lam.