Selasa, Desember 22, 2009

Mereka Berbakti Kepada Sang Ibu

Ibu adalah sosok wanita istimewa bagi seseorang. Seorang lelaki tak akan lahir ke bumi kalau tidak ada seorang wanita bernama ibu. Tanpa jengah oleh tuduhan ngawur kaum feminis yang menganggap Islam bersikap diskriminatif terhadap wanita, Islam sudah menekankan untuk menghormati dan memuliakan kaum wanita. Bagaimana berbakti kepada Ibu?

Sejarah hidup para ulama as Salaf bertabur dengan kisah-kisah bakti kepada sang ibu. Bila dicermati bahkan sikap mereka nyaris mustahil dilakukan oleh orang-orang biasa. Memang, mereka bukanlah manusia biasa. Kehidupan mereka sarat manikam hikmah yang sangat berharga untuk dijadikan sebagai butiran-butiran keteladanan.

Muhammad bin al-Mukandar menuturkan, “Saat saudaraku, Umar, sibuk menghabiskan malamnya untuk melakukan shalat, aku justru sibuk memijat-mijat kaki ibuku. Aku tidak rela seandainya malamku digantikan dengan malam seperti yang dia lakukan.”a

Shalat malam adalah ibadah yang penuh keutamaan, bahkan sebuah tradisi orang shalih. Berbakti kepada seorang ibu, ternyata melebihi nilai ibadah tersebut. Lebih-lebih bila atas permintaan sang ibu.

Ibnu Aun pernah bercerita, “Syahdan, ada seorang lelaki yang ingin menemui Muhammad bin Sirin di rumah ibunya. Orang itu bertanya, ‘Sebenarnya apa yang dikerjakan Muhammad di rumah ini? Ada keperluan apa sehingga sering kemari?’ Orang-orang di situ menjawab, ‘Tidak ada. Cuma demikianlah kerjanya, selalu terlihat sibuk bila berada di rumah ibunya.”b

Para ulama as Salaf demikian besar perhatiannya terhadap kepentingan dan kebahagiaan seorang ibu. Bila perlu berusaha mencari apa saja yang bisa dikerjakan, demi menyenangkan sang ibu, meski harus “membuang” banyak waktu.

Hafshah binti Sirin berkata, “Putraku Hudzail biasa mengumpulkan kayu bakar pada musim panas untuk dikuliti. Ia juga mengambil bambu dan membelahnya. Aku tinggal mendapatkan enaknya saja. Bila datang musim dingin, ia membawakan tungku dan meletakkan di belakang punggungku, sementara aku sendiri berdiam di tempat shalatku. Setelah itu ia duduk, membakar kayu bakar yang sudah dikupas kulitnya, berikut bambu yang telah dibelah sebagai bahan bakar yang asapnya tidak mengganggu, tapi bisa menghangatkan tubuhku. Demikianlah yang dia lakukan dari waktu ke waktu.“c

Begitu indah panorama kehidupan manusia-manusia pilihan tersebut. Cinta kasih mereka terhadap sang ibu, yang telah melahirkan dan membesarkan mereka, sungguh memikat hati. Seolah-olah tak sedikit pun mereka membiarkan diri melakukan secuil kesalahan terhadap ibu mereka.

“Ibnu Aun menceritakan bahwa suatu hari sang ibu memanggilnya, namun disambutnya panggilan itu dengan suara yang menurut anggapannya lebih keras dari suara ibunya. Serta merta beliau membebaskan dua orang budak.”d

Mereka bukan saja berupaya berbuat baik kepada sang ibu, namun juga menjaga batas-batas dalam berbicara, agar tidak sampai melontarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan ibu mereka.

Hafshah binti Sirin menceritakan, “Bila suatu saat Muhammad (bin Sirin) menemui ibunya, dia tidak pernah banyak berbicara dan mengumbar omongan yang tidak perlu, demi mengormati ibu.”e

Kisah-kisah hebat tersebut menyodorkan sebuah gambaran, betapa berbakti kepada seorang ibu dalam pandangan para ulama yang shalih adalah pekerjaan yang sangat mulia. Memang, tidak ada amalan yang lebih bernilai bagi seorang hamba, sesudah tauhid, dibanding berbakti kepada sang ibu. Bukankah Allah menyandingkan perintah untuk untuk berbuat kepada orang tua setelah tauhid?!

Ada seorang lelaki menemui Ibnu Abbas seraya menuturkan kisahnya, “Aku pernah mencintai seorang wanita, lalu meminangnya, namun ditolak. Setelah itu datang pria lain meminangnya, ternyata diterima. Aku merasa cemburu sehingga membunuhnya. Duhai, apakah aku berkesempatan untuk bertobat?’ Ibnu Abbas balik bertanya, ‘Apakah ibumu masih hidup?’ Lelaki itu menjawab, ‘Tidak.’ Ibnu Abbas berkata, ‘Kalau begitu, bertobat saja kepada Allah dan beramallah sebisamu.’ Seseorang yang hadir di situ bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Kenapa engkau menanyakan tentang ibunya?’ Ibnu Abbas menjawab, ‘Aku tidak mengetahui adanya suatu amalan yang lebih mampu mendekatkan seseorang kepada Allah selain berbakti kepada seorang ibu!”f

Betul-betul sebuah perikehidupan yang teramat sayang diabaikan. Dari perikehidupan yang begitu agung, perikehidupan anak manusia yang demikian berbakti kepada ibunya, muncul sosok-sosok pribadi yang juga amat dimuliakan oleh ibunya. Al Rabi`bin Khutsaim adalah salah satu contohnya. Beliau adalah salah satu ulama tabi`in yang utama dan satu di antara delapan orang yang hidup zuhud di zamannya. Merupakan orang Arab asli dari suku Mudhar, silsilahnya bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pada kakeknya, Ilyas dan Mudhar. Beliau tekun menjalankan ketaatan kepada Allah semenjak kecil.

Seringkali ibunya terbangun di tengah malam dan melihat dia masih berada di mihrabnya, berenang dalam munajat kepada Allah dan tenggelam dalam kekhusyukan shalatnya. Sampai ibunya memanggil, ‘Ananda Rabi’, kenapa engkau tidak juga tidur?’ Dia menjawab, ‘Bagaimana seseorang yang di waktu gelap khawatir akan diserbu musuh, akan bisa tidur nyenyak?” Air mata ibu pun meleleh di pipinya, lalu didoakanlah putranya agar mendapat kebaikan.

Semakin dewasa, takwa dan takutnya kepada Allah semakin bertambah. Kadang-kadang ibunya merasa khawatir karena seringnya melihat puteranya menangis sendiri di gelapnya malam, sementara kebanyakan orang masih asyik menutup matanya. Ibunya menyangka yang bukan-bukan dan memanggilnya, ‘Apa yang terjadi padamu wahai anakku, apakah engkau telah melakukan kejahatan atau telah membunuh jiwa?’ Beliau menjawab, ‘Benar ibu, aku telah membunuh seorang jiwa!’

Sang ibu bertanya, ‘Siapakah yang kau bunuh, nak? Katakanlah agar aku bisa meminta orang-orang menjadi perantara damai dengan keluarganya, semoga mereka memaafkamu. Demi Allah seandainya keluarga korban itu mengetahui tangisan dan penderitaanmu tentulah mereka akan kasihan melihatmu.’

Beliau berkata, ‘Wahai ibu… jangan beritahukan kepada orang lain, aku telah membunuh jiwaku dengan dosa-dosa!’ Allahu akbar…! Indah sekali mereka berbakti kepada sang ibu.

Catatan:
a Shifatush Shafwah, II/143.
b Shifatush Shafwah, III/245.
c Shifatush Shafwah, IV/25.
d Siyaru A’lamin Nubala, VI/366.
e Shifatush Shafwah, III/245.
f Diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad, I/45.

Sumber: Majalah Fatawa Vol.IV/No.01 | Muharram 1429 / Januari 2008

Senin, November 30, 2009

Kasih sayang, Kekayaan & Kesuksesan

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.


Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".


Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?" Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar". "Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali", kata pria itu.


Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. "Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama" , kata pria itu hampir bersamaan.


"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut disebelahnya, "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kerumahmu."


Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."


Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."


Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang. "


Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita."


Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."

Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.


"Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?" Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan Saat kami menjalani hidup ini."


Salam dari Kasih sayang


Sumber : Email Seorang kawan

Jumat, Oktober 02, 2009

MENGAPA ALLAH MEMBERIKAN KITA MASALAH

Permasalaan yang kita hadapi bisa membuat kita jatuh atau bertumbuh, tergantung dari bagaimana cara kita menanggapinya. Sangat disayangkan banyak orang gagal untuk melihat bagaimana Allah menggunakan masalah untuk kebaikan mereka. Mereka lebih memilih untuk bertindak bodoh dan membenci masalah-masalah mereka daripada menghadapi dan merenungkan kebaikan apa yang bisa mereka dapat dari masalah-masalah tersebut.

1. Allah menggunakan masalah untuk MENGARAHKAN kita.
Kadang-kadang Allah harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita tetap bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi akan mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberikan kita motivasi untuk berubah. Ada kalanya masalah menjadi cara yang Allah pakai untuk menarik perhatian kita.

2. Allah menggunakan masalah untuk MENGUJI kita.
Manusia bagaikan teh celup... jika anda ingin tahu apa yang ada di dalamnya, celupkan saja ke dalam air panas! Allah kadang ingin menguji kesetiaan kita melalui masalah-masalah yang kita hadapi.

3. Allah menggunakan masalah untuk MENGOREKSI kita.
Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari melalui penderitaan dan kegagalan. Mungkin waktu kita masih kecil orang tua kita mengajar kita untuk tidak boleh menyentuh kompor yang panas. Tetapi mungkin kita baru benar-benar belajar justru setelah tangan kita terbakar. Kadang-kadang kita baru bisa menghargai sesuatu... kesehatan, teman, hubungan..., saat kita sudah kehilangan.

4. Allah menggunakan masalah untuk MELINDUNGI kita.
Suatu masalah bisa menjadi berkat jika masalah tersebut menghindarkan kita dari bahaya. Tahun lalu ada seorang sahabat yang diberhentikan dari pekerjaannya karena ia menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak etis bagi bossnya. Ia menjadi mengganggur, tetapi justru dari masalah itulah ia terhindar dari ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara, karena setahun kemudian tindakan boss itu terbongkar.

5. Allah menggunakan masalah untuk MENYEMPURNAKAN kita.
Jika kita menanggapi masalah dengan cara dan pandangan yang benar, masalah tersebut bisa membentuk kita. Allah lebih memperhatikan karakter kita daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita dengan Allah yang akan kita bawa sampai kekal. " ... Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.

Apa yang ada di tangan kita?
Dalam beberapa hal, hidup kita berada di tangan kita. Kita dapat memilih untuk menghamburkan setiap jam, hari, minggu, bulan, dan tahun demi kepentingan kita sendiri
Kita akan heran saat menyaksikan betapa banyaknya hal yang Allah sempurnakan dalam diri kita dan melalui kita. Jadi sabar dan jalanilah setiap permasalahan yang kita hadapi. dan permasalahan yang timbul adalah suatu rahmat untuk kita. dan menjadi sebuah tantangan kita untuk hidup yang lebih baik.

Sumber : Kiriman email seorang teman

Senin, September 28, 2009

Ayat-ayat Rezeki

Prakata
Terdapat sekurangnya 10 macam kiat pembuka pintu rezeki dan tidak salah kiranya jika kita mencoba meraihnya. Sedangkan dalil penunjukannya baik berupa ayat Al-Qur’an maupun dari hadist-hadist Nabawi.

Sengaja saya hanya mencantumkan dalil saja tanpa memberi penjelasan lebih jauh dan selanjutnya teman-teman sendiri yang harus sibuk mencarinya, jika ingin mengetahui lebih jauh, baik membaca, bertanya kepada ustadz terdekat, datang ke majelis taklim dan lain sebagainya. Apakah salah kita mencari rezeki dengan cara seperti yang ditunjukan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi? Tidak! Silahkan saja karena Al-Qur’an milik kita, dan pencarian rezeki ini ditunjukan oleh Allah dan Nabi Saw..


Kiat memperolehnya antara lain:


1. Istighfar dan Taubat


Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)


Hasan al-Bashri salah seorang pemuka di kalangan tabi’in selalu menganjurkan banyak istighfar kepada siapa saja yang datang kepadanya ketika mengadu tentang gagal panen, sulit rezeki, sulit mendapatkan keturunan, dan sawah ladang yang tidak produktif. (Tafsir Qurthubi)

2. Takwa


Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)


“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf: 96)


3. Tawwakal


“Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapa,r dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibn Mubarak, Hakim, Musnad asy-Syihab. Sanadny disahihkan oleh Ahmad Syakir dan Al-Albani)


4. Taat dan Beribadah Sebaik-baiknya


“Sesungguhnya Allah berfirman, “ Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-KU, niscaya Aku penuhi di dalam dada dengan kekayaan dan semua kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan (tidak taat) Aku penuhi dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (tidak ada hasilnya semua usaha).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim dari Abu Hurairah. Al-Albani mensahihkannya)


5. Melaksanakan Haji dan Umrah


Pertanyaan ini sering ditujukan pada saya baik para jamaah yang saya bimbing ketika haji atau umrah, “Apakah haji dan umrah ini akan mendatangkan rezeki?" Inilah dalilnya:
“Lanjutkan haji dan umrah karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa. Sebagaimana api dapat menghilangkan karat, emas dan perak. Dan tidak ada pahala haji mabrur kecuali surga.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. Syeikh Ahmad Syakir mengatakan sanadnya sahih, Al-Albani mengatakan hasan sahih sedangkan Syeikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan hasan)


6. Silaturahmi


“Siapa saja yang suka agar rezekinya luas, dipanjangkan umurrnya, maka hendaklah ia menperbanyak silaturahmi.” (HR. Bukhari)


Maksud dari dipanjangkan umur dalam hadist ini adalah berkah umur menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Barri.

“Belajarlan tentang nasab (garis keturunan) sehingga kalian bisa menyambung silaturahmi. Karena sungguh silaturahmi itu adalah (salah satu cara) menimbulkan kasih saying antara keluarga, (sebab) luasnya rezeki dan bertambah usia (berkah umur).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim. Syaikh Ahmad Syakir dan Al-Albani mensahihkannya)



7. Sedekah dan Infak


“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba: 39)


“Allah Tabaraka wa Ta’ala mengatakan: Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku memberi rezeki kepada kamu.” (HR. Muslim)


8. Membiayai Pelajar Yang Sedang Menuntut Ilmu Islam


“ Dahulu ada dua orang bersuadara pada masa Rasulullah Saw. Salah seorangnya pernah datang kepada Nabi Saw (untuk belajar ilmu agama), sedangkan saudara yang lainya bekerja, Lalu saudara yang bekerja itu pernah mengadu (mengadukan bahwa saudaranya itu tidak mau membatnunya dalam kerjaannya) kepada Nabi, dan beliau bersabda,” Mudah-mudahan engkau diberi rezeki sebab itu.” (HR. Tirmidzi, dan Hakim. Syaikh Albani mensahihkannya)


9. Menolong dan Membantu Orang Miskin


Dalam sahih Bukhari dikisahkan bahwa Sa’ad merasa dirinya memiliki kelebihan dari pada yang lain. Kemudian Rasulllah Saw bersabda: “Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki lantaran orang-orang miskin?”


“Carilah keridhaanku melalui orang-orang miskin diantara kalian. Karena sungguh kalian diberi rezeki dan ditolong karena sebab orang miskin diantara kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, dan Hakim. Disahikan oleh Albani)


10. Hijrah Di Jalan Allah


Makna hijrah selain dari kata asalnya mencakup banyak arti. Diantaranya menurut Rasyid Ridha adalah menolong sesama Muslim agar tidak terjerat oleh hasutan agama lain agar masuk ke agama mereka. Dan tentunya bantuan ini sangat berharga bila berbentuk dana untuk pendidikan mereka, makanan, obat-obatan dan lainnya.


“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. An-Nisa: 100)


Semoga bermanfaat


Sumber : Taujih seorang Usatad

Jumat, Agustus 21, 2009

KHUTBAH RASULULLAH SAW MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN

Wahai manusia!
Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu ALLAH dan dimuliakan oleh-Nya.

Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu, ibadahmu, amal-amalmu diterima dan doa-doamu di ijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah dibulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat.

Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.

Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdo'a pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih;

Dia menjawab mereka ketika mereka menyeruNya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia!
Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah!

Allah ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.

Wahai manusia!
Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.

Sahabat-sahabat lain bertanya: "Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.
" Rasulullah meneruskan: Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.
Wahai manusia!

Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.

Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.

Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia!
Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.

Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin berkata: "Aku berdiri dan berkata: "Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?" Jawab Nabi: Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah".

**Marhaban** Yaa Ramadhan**......**

" Sesungguhnya Allah telah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan Dia memberi pengajaran kepadamu, agar kamu dapat mengambil pelajaran"(QS An Nahl 90).

Jumat, Agustus 14, 2009

Jangan lagi mulai dari Nol

Memelihara Moment Ramadhan


“Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat , menjadi cerai berai kembali” (QS. An Nahl (16) : 92)


Ramadhan datang, Ramadhan pergi. Begitulah sunnatullah yang berlaku pada kehidupan alam semesta ini. Keadaan yang melingkupi diri seorang mu’min dari Ramashan ke Ramadhan berikutnya pun hampir pasti berbeda-beda.


Kesadaran Hakiki


Hampir merata setiap mu’min terpanggil dan tergugah kesadaran hakikinya sebagai hamba Allah SWT, begitu Ramadhan datang, gegap gempita kaum mu’minin seantero dunia dalam menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan adalah merupakan indikasi yang paling mudah dibaca. Masjid penuh sesak, tilawah Al Qur’an yang menggema membahana naik ke langit dari hampir setiap rumah tangga mu’min, bahkan dari kantor, stasiun dan pasar sekalipun. Busana muslimah yang rapi dan anggun mewarnai hampir setiap komunitas termasuk komunitas sinetron dan bisnis. Kesalehan sosialpun segera tampak, dari sejak memberi makan berbuka (ifthar ash-sha’imin) sampai berbagai bentuk kepedulian sosial yang lebih berkualitas. Jangan lagi dipertanyakan kajian-kajian keislaman yang beragam dan semakin intens saja. Dan mata pun begitu murah dan gampang berurai berlinang air mata. Bi Dumuw’i Al iman Nastaqbil Ramadhan (Dengan airmata iman kita sambut dan jalani Ramadhan) begitu judul buku yang ditulis oleh syaikh Sulaiman Abdul Karim Al-Mufrij.


Tntu, itu semua tidak menafikan adanya sebagian mu’minin yang merasa terpasung dan terpenjara oleh Ramadhan, yang melewati hari-hari Ramadhan dengan rasa kesal, sesak nafas, menggerutu dan berbagai sumpah serapah, Na’udzubillah min dzalik.


Peningkatan Siklikal


Ssudah Ramadhan berlalu, adakah telah terjadi peningkatan kualitas diri seorang mu’min secara signifikan?.

Ayat diatas (QS. 16:92) sesungguhnya memberikan peringatan dini terhadap setiap mu’min agar tidak bersikap dan berlaku naif, ibarat perempuan yang memintal, menenun benang helai demi helai, berhari-hari, berpekan bahkan berbulan-bulan hingga menjadi kain yang kuat dan indah. Bisa bermanfaat untuk berbagai jenis pakaian dan asesoris,etapi tiba-tiba menguraikannya kembali helai demi helai terburai tak menentu bahkan menjadi benang kusut tak bernilai lagi sama sekali. Segalanya hilang percuma.


Dalam konteks shaum (puasa), peningkatan seperti ini adalah peningkatan siklikal, amalan-amalan meningkat tinggi dan bahkan drastis tetapi usai Ramadhan turun drastis pula, maka setiap Ramadhan memulai dari nol, Nol Besar.


Inilah kondisi buruk seorang mu’min yang apa boleh dikata-diaminkan Rasulullah SAW sebagai orang yang rugi (ketika Jibril a.s. memnberitakan kondisi itu kepada Rasul).


Rugi bagi seseorang yang (dalam hidupnya) dilewati bulan Ramadhan, hingga Ramadhan kemudian berlalu, ia tidak diampunkan dosanya oleh Allah SWT (HR. Bukhari dan Baihaqi)


Dalam konteks dakwah dan amal jama’i kondisi ini dilukiskan seorang penyair : Kapan sebuah bangunan mencapai hari selesainya? Jika anda membangunnya, selain anda menghancurkannya.


Peningkatan Struktural


Maka, peningkatan kualitas yang mesti diupayakan oleh diri seorang mu’min dengan ibadah shaum dan ibadah-ibadah lain yang menyertainyaadalah peningkatan struktural (Al-irtifaa at-tashaa’udy), peningkatan secara berjenjang, ibarat struktur anak tangga. Jangan lagi mulai dari Nol, artinya setelah gegap gempita amaliah satu Ramadhan, menurun normal pada bulan Syawal, tetapi naik dari nol ke anak tangga satu, posisi anak tangga satu (dari bawah) dijaga sepanjang bulan-bulan berikutnya. Jika Ramadhan datang lagi mulai dari satu dan bukan dari nol lagi. Begitu seterusnya, meningkat secara terstruktur. Rindu lagi Ramadhan, meminjam ungkapan puitis Taufiq Ismail, menjadi lebih bermakna.


Memelihara Moment Ramadhan


Ramadhan adalah moment ketaatan dan kepatuhan hamba, moment taqarrub ilallah, moment kepedulian sosial dan moment pembelaan terhadap kesucian Al Islam dan masa depannya. Moment-moment imani (Mawaqif imaniyah0 ini haruslah dijaga seterusnya.

Allah Yang Maha Mengetahui dan Menghitun

g amal manusia di bulan Ramadhan, DIA jugalah yang berkuasa menghitung segala amal hamba-Nya dibulan-bulan lainnya. Tak terjadi pergeseran penguasa. Penguasa tunggal : ALLAH SWT. Secara deskriptif pemeliharaan moment-moment itu bisa dilakukan melalui antara lain :

1. Al Iltizam bi shalatil jama’ah fil masjid (komitmen dengan shalat jamaah 5 waktu di masjid)

2. Mudawamatu tilawatil Qur’an (Melestarikan baca dan tadabbur Al Qur’an)

3. Mudawamatu qiyami’l-lail (Melestarikan shalat malam atau tahajud)

4. Hifdzul lisan wal bashar wal faraj (Menjaga lisan, mata dan kehormatan)

5. Al Inayah bil mustadh-afin (Peduli terhadap yang lemah dan dilemahkan)

6. al Hirsh ’alal ’ulumin-mafi’ah (Rajin berusaha menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat)

7. Ad Da’wah ilallah wa ad-difa’ ’anil Islam (Dakwah ilallah dan membela al Islam)

8. Iftinabul Ma’ashi wal unkarat (Menjauhi berbagai kemaksiatan dan kemungkaran)

9. At-Tawarru’ ’anisy-syubuhat (Memelihara diri dari segala samar/bias)

10. Muzawalatu ruhit Tadhhiyah wal itsar (Terus melatih memupuk semangat berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain)


Konsistensi wajah dan wijhah menuju dien yang benar dan lurus, yang telah terbina baik sepanjang Ramadhan, sudah barang pasti haruslah dijaga.


”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum : 30)


Ya Allah, berikanlah hamba kesempatan mereguk kenikmatan surgawi Ramadhan tahun depan, amin ya Rabbal ’alamin. Wallahu a’lam bi shawab.


Sumber : Muzayyin Abdul Wahhab (Intisari khutbah Idul Fitri 1426 H di kedubes Malaysia).


Rabu, Juli 22, 2009

10 hal yang dikerjakan orangtua sukses

Mereka pemimpin juga orangtua

Mereka tidak bergantung pada sekolah, pemerintah, televisi atau tontonan lain untuk mengajar anak mereka tentang nilai dan perbedaan antara baik dna buruk. Mereka kerjakan itu sendiri.


Mereka punya cita-cita bagi keluarganya dan masa depan

Hal ini sering didiskusikan dan disampaikan kepada semua anggota keluarga. Dan mereka mencapai cita-cita tersebut dengan sebuah keyakinan dan nilai-nilai yang sering mereka sampaikan secara lisan. Semua kegiatan, tingkahlaku dan keputusan diambil berdasarkan keyakinan dan nilai-nilai tersebut. Jadi semua orang memiliki pandangan yang jelas tentang bagaimana semua kegiatan harus dikerjakan dan kenapa harus dikerjakan.


Tingkah laku mereka adalah contoh bagi anak-anaknya

Mereka jujur karena mereka percaya pada kejujuran, mereka terbuka karena mereka menghargai keterbukaan, mereka pemaaf karena mereka tahu Allah Maha Penerima taubat.

Mereka membuat keputusan penting yang sulit saat dibutuhkan, dan mereka bertanggungjawab atas akibatnya. Mereka tidak hanya bicara nilai dan keyakinan, tapi mereka menunjukkannya lewat kata dan perbuatan.


Mereka mem’berdaya’kan anak-anaknya

Mereka menyampaikan harapan yang tinggi (tapi masuk akal) atas tingkah laku dan penampilan. Mereka juga menyiapkan sumber-sumber bagi kebutuhan spiritual, emosi, fisik, intelektual dan finansial yang mereka butuhkan. Karena mereka tahu ‘harga diri adalah perlu untuk anak-anaknya.


Mereka bicara bersama anak bukan kepada anak.

Mereka mengembangkan kebiasaan menerima masukan sehingga anak akan mengerti akibat dari tingkahlaku mereka terhadap orang lain. Mereka menyaksikan sendiri bahwa anak-anak mengerti hubungan antara tingkahlaku dan konsekuensi. Dan mereka membedakan anak dan tingkah lakunya, sehingga saat terjadi masalah, cintanya tetap tidak bersyarat untuk membantu anak mencari solusi masalahnya.


Mereka bersusahpayah memahami perkembangan anak-anaknya.

Saat anak menemukan ‘jalan’nya di muka bumi ini, maka orangtua sukses ini akan menggunakan kombinasi dari kematangan dan kemampuan untuk mengarahkan jika anak-anak perlu pengarahan, berdiskusi jika situasinya membingungkan, mendorong anak jika mereka perlu energi untuk mencoba sesuatu, dan akhirnya orantua sukses ini akan melepaskan mereka dengan ikhlas. Namun, pintu tetap terbuka lebar bagi anak-anak untuk kembali saat mereka membutuhkan.


Mereka berperan aktif pada pendidikan anak, formal maupun informal.

Mereka adalah kontributor aktif di sekolah dan di komunitas mereka. Mereka memperkaya lingkungan rumahnya sesuai kemampuan mereka. Mereka menghadiri konser, pertandingan, perkemahan dan ke perayaan-perayaan lain bersama anak-anak.


Mereka ikhlas mengatakan bahwa anak mereka tidak sempurna.

Walaupun anak mereka sangat menonjol di berbagai bidang tapi orangtua ini tidak bombastis.

Mereka menerima dan bicara secara terbuka bahwa walaupun anak mereka baik, tapi tetap saja punya sifat anak-anak, yang suka berbuat salah, dan mengalami tahap perkembangan yang normal.


Mereka membicarakan masa depan dan siap memberikan saran dan bimbingan yang sesuai.

Ketika waktunya datang, mereka akan membicarakan masa depan anak-anak

Mereka juga siap memberi saran bagi karir dan pilihan-pilihan hidup yang lain yang harus diambil oleh anak-anak mereka.


Mereka mendorong anak-anak menjadi mandiri dan berpikir kritis.

Melalui semua hal di atas mereka mendorong anak-anak menjadi mandiri dan dapat berpikir kritis. Sehinga pada akhirnya setiap anak akan menjadi dirinya sendiri.


Sumber : Dr. Tom Olson

Jumat, Juli 17, 2009

Merenungkan hari akhir

Dewasa ini, dilemma yang kian melanda kaum muslim didunia adalah perhatian akan hari akhir yang sudah semakin buram dan terabaikan oleh kepentingan-kepentingan dunia yang menyita banyak keperluan. Bahkan terkadang sebagian dari mereka hanya melewatkan waktu tanpa ada kesadaran yang terbersit untuk membenahi diri sebagai hamba-Nya, dan merenungkan segala kesalahan yang terjadi pada hari itu. Hal ini dianalogikan ketika melihat manusia bersiap sepenuh kemampuan untuk menghadapi musim dingin dan musim panas, sementara segelintir dari mereka hanya terpapah santai dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi panasnya api jahanam.


Padahal lafadz iman billah dan yaumil akhir telah jelas tersebutkan dalam Al Qur’an, namun masih banyak manusia yang tidak mengingat saat itu, bahkan menganggapnya sangat jauh. Mereka cenderung mengutamakan dimensi yang lebih dekat, yaitu dunia. Sesungguhnya hanya dengan mendengar nama hari tersebut, sudah dapat menggetarkan perasaan dan membangunkan hati kita yang terlena dan lalai. Beberapa nama hari kiamat yang disebutkan dalam Al Qur’an diantaranya adalah : Al-Rariah (hari yang menggegerkan), Al-Haaqqah (hari yang pasti terjadi), Ash-Shakkhah (suara yang memekakkan telinga), dan nama-nama lain dengan berbagai sifatnya.


“Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang dahsyat. Ingatlah pada hari ketika kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusui dan menggugurkan kandungan segala wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras” (Al-Hajj : 1-2)


Karena itu wahai saudaraku, mari bersama merenungkan hari akhir dengan segala hal yang akan terjadi di dalamnya serta peristiwa-peristiwa yang dapat memutihkan rambut anak kecil. Mari kita renungkan tiupan pertama sangkakala yang mengisyaratkan tiupan kiamat pada dunia ini, dimana peristiwa itu ditandai dengan beberapa kejadian yang sangat sulit dibayangkan. Hancurnya langit, bertaburannya bintang-bintang, gunung-gunung berterbangan, lautan meluap. Kemudian ditiupkan sangkakala untuk kedua kalinya. Saat itulah terjadi kebangkitan, dan manusia dikumpulkan dalam keadaan telanjang dan tidak beralas kaki.


(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncang alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tunduk. (orang-orang kafir) berkata : “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?”. (Al-Naziat : 6-10)


Setelah itu, marilah kita melongok pada kehidupan setelah mati, yakni saat penghisaban dan penimbangan amal. Bayangkan saat ketika kita dimintai pertanggungjawaban tentang perbuatan kita semasa didunia dahulu. Bagaimana orang gemetar saat dimintai pertanggungjawaban oleh atasannya, bagaimana bila yang meminta pertanggungjawaban adalah Allah SWT.


Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun (An-Nisa : 42)


Ketika itu, semua kezholiman akan dibalas. Semua orang yang terzholimi akan memperoleh haknya dari orang yang menzholiminya. Pada hari itu juga ada orang yang mendapat kebahagiaan, kesenangan, dan mendapatkan rahmat-Nya. Berdoalah agar kita menjadi salah satu dari yang kaum dengan perlakuan baik itu.

Setelah dihisab, manusia harus melintasi jembatan sirath yang berada diatas neraka jahanam. Ketika kita merenungkan sejenak peristiwa itu dan seolah-olah realita mengantarkan ke depan mata, tentu hati dan jiwa kita akan sangat bergetar ketakutan walau hanya sekedar memikirkannya saja. Mari kita renungkan hadits berikut, ”Manusia akan melewati titian (yang terbentang diatas) neraka jahanam. Disekitarnya terdapat banyak duri, belenggu dan jangkar yang akan menyambar manusia dari kanan dan kiri. Di kedua tepinya ada malaikat yang berdoa, ”Ya Allah selamatkanlah”. Diantara manusia ada yang melintas secepat kilat, ada yang melintasi secepat angin, ada yang melintasinya seperti penunggang kuda, ada yang berlari-lari kecil, ada yang berjalan biasa. Adapun orang yang berhak masuk neraka, maka akan masuk kedalamnya. Di dalamnya mereka tidak mati dan tidak hidup... sementara manusia yang lain disiksa dengan dosa dan kesalahannya. Mereka terbakar hingga menjadi arang, kemudian diizinkan untuk mendapat syafaat.” (Muttafaq a’laih dari Abu Said al Khudri)


Sebahagian dari orang yang beriman ada yang berhak masuk neraka, lalu Allah memberikan karunia kepada mereka dengan menerima syafaat dari orang-orang yang diridhoi, para Nabi, syuhada, shalihin atau lainnya untuk mereka. Marilah kita renungkan sejenak, berfikir dengan penug\h kesadaran bahwa akhiratlah yang saat ini sedang menanti kita. Berdoalah, bersungguh-sungguhlah dalam hidup ini... Allaahumma inni as alukal jannah...


Sumber : Buletin Jum’at Fusi edisi 05/1430 H/2009

Kamis, Juni 18, 2009

Cinta Dan Nafsu

Di jadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran : 14).


Pernahkan Anda jatuh cinta kepada seseorang? Cinta seorang lelaki kepada seorang wanita? Ini pasti dialami oleh anak-anak muda, para remaja, namun juga tidak jarang terjadi bagi seorang yang telah lanjut usia. Cinta kepada sesama lawan jenis merupakan naluri normal manusia. Merasa senang dengan seseorang merupakan hak setiap orang namun sering orang lupa bahwa dibalik ini semua ada nafsu yang bermain.


Naluri dan Syahwat


Perasaan cinta kepada lawan jenisnya yang ada pada tiap diri seseorang manusia adalah normal. Kecintaan kepada sesuatu yang diinginkan, memang sudah menjadi anugerah Allah sejak manusia dilahirkan. Inilah yang dijelaskan dalam Al Qur’an.


Di jadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran : 14).


Ada pengaruh naluri daya tarik antara lawan jenis yang alami, naluri yang ada pada setiap makhluk ciptaan Allah, yang bergerak maupun yang tidak, daya tarik yang merupakan syarat mutlak bagi pengembang biakan makhluk itu. Daya tarik alami ini yang membuat lawan jenis kelamin saling tertarik, saling mendekati lalu terjadi penyatuan yang melahirkan makhluk baru sebagai proses penciptaan yang amat indah dan suci.


Namun disamping naluri yang sifatnya suci dan alami, masuk pula pengaruh nafsu dan dalam cinta asmara, nafsu memainkan peran sepenuhnya sehingga memberikan kesenangan selengkapny kepada manusia yang dilanda cinta. Kenikmatan dirasakan manusia melalui kesenangan yang terkandung dalam panca inderanya. Kalau orang sedang bercinta, mata melihat keindahan pada orang yang dicinta, telinga mendengar kemerduan, hidung menicum keharuman dan segala macam perasaan, sentuhan dan apa saja terasa teramat indah.


Segala macam perasaan yang mengandung susah senang, adalah permainan nafsu. Nafsu memang selalu mempunyai satu arah tujuan, yaitu kesenangan yang dinikmati tubuh melalui panca indera. Anda senang pada makanan tertentu, itu karena nafsu... jika faktor-faktor indera yang mendorong anda menyukainya... misalnya karena enak dilihat, menyenangkan keetika dipandang.


Namun, karena nafsu memegang peran yang begitu besarnya, maka seperti akibat daripada permainan nafsu, semua kesenangan itu setiap saat dapat berubah menjadi kesusahan. Kesenangan dalam cinta yang didasari nafsu itu dalam sekejap mata dapat berubah menjadi kebalikannya, yaitu kesusahan kalau penyebab kesenangan itu lepas dari tangan. Simaklah kisah cinta asmara yang digambarkan Allah dalam Alqur’an, yaitu cinta istri Al Aziz kepada Nabi Yusuf AS.


Dan wanita-wanita dikota berkata: ” Istri Al Aziz mengoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata : (QS. Yusuf : 30)


Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf) :” Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka ”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tanganya dan berkata :” Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mula”. (QS. Yusuf:31)


Wanita itu berkata : ” Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah mengoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku peerintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina ”. (QS. Yusuf : 32)


Tertipu Kesenangan Sesaat


Cinta asmara antara pria dan wanita merupakan suatu perasaan manusia yang paling rumit dan aneh. Cobalah simak apa yang dilakukan wanita itu ketika cintanya yang didasari hawa nafsu ditolak oleh Nabi Yusuf AS. Cinta dengan mudah menjadi kebencian bahkan keinginan untuk mencelakakan yang dicintai...


Diantara manusia ada yang berkata, ”Tidak ada kesenangan melebihi senangnya orang bercinta, dan tidak ada kesusahan hati melebihi orang gagal dalam bercinta! Dunia seakan kiamat, harapan seakan-akan hancur lebur, hidup seakan-akan tiada artinya lagi!”. Pernyataan itu muncul, sebagai gambaran betapa banyak korban cinta nafsu. Dalam saat seperti itu, betapa banyaknya orang yang kurang tabah dan kurang sadar melakukan perbuatan dungu seperti bunuh diri, atau membunuh orang yang menggagalkan cintanya termasuk orang yang dicintainya itu sendiri. Dalam mabuk cinta, kita lupa bahwa segala kesenangan itu ada batasnya, dan tidak abadi.


Jelas bahwa nafsu yang bermain di dalam cinta kasih tidak abadi pula. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Alhadid : 20)


Siapa pun dapat menjadi korban dari ketertipuan cinta nafsu itu. Ketika gagal mendapatkan sesuatu yang didambakannya merasa seolah-olah hidupnya hancur lebur. Dalam keadaan seperti itu, ia tidak tahu bahwa kesusahan, seperti juga kesenangan, tidak abadi, bahkan tidak panjang umurnya, walaupun dibandingkan kesenangan, kesusahan lebih lama dirasakan manusia. Tidak mungkin senang terus tanpa kesusahan, seperti tidak mungkinnya susah terus tanpa kesenangan. Bahkan di waktu siang hari pun, tidak selalu terang benderang, kadang-kadang digelapkan awan mendung, dan malam gelap gulita pun kadang-kadang diterangi bulan atau bintang-bintang. Dalam keadaan senang, orang lupa bahwa kesusahan sudah berada diambang pintu. Dalam keadaan susah, seseorang seolah-olah merasa bahwa tidak ada harapan lagi dan selalu dia akan menderita susah, seperti sakit yang tak mungkin dapat diobati lagi.


Yang abadi adalah sesuatu yang datangnya bukan dari nafsu yang menggelimangi hati akal pikiran. Yang asli dan abadi adalah cinta yang tidak dikotori nafsu dan cinta inilah yang menjadi dasar dari segala perasaan yang baik, cinta ini yang biasa kita namakan dengan rahmat Allah. Rahmat Allah ini terdapat dalam sinar matahari, dalam titik-titik air hujan, dalam gelombang samudera, dalam bersilirnya angin semilir, dalam merekahnya dan harumnya bunga-bunga, dalam senyum ranum dan matangnya buah-buahan, dalam air mata seorang ibu dalam belaian tangannya, dalam pandangan mata seorang ayah, dalam tangis seorang bayi dan masih banyak lagi. Itulah cinta yang bersumber dari Allah dan sesuai ajaran agama-Nya Al Islam.


Melalui ajaran Islam Allah membimbing manusia untuk hidup dalam cinta_nya agar ia dapat mencintai sesamanya dengan tetap berada dalam rahmat-Nya.


Cinta dan Keimanan


Dalam Islam cinta dan keimanan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Cinta yang dilandasi iman akan membawa seseorang kepada kemuliaan sebaliknya cinta yang tidak dilandasi iman akan menjatuhkan seseorang ke jurang kehinaan. Cinta dan keimanan laksana dua sayap burung. Al Ustadz Imam Hasan Al Banna mengatakan bahwa ”dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan”. Bagaimana tidak, jikalau iman tanpa cinta akan pincang, dan cinta tanpa iman akan jatuh ke jurang kehinaan. Selain itu iman tidak akan terasa lezat tanpa cinta dan sebaliknya cinta pun tak lezat tanpa iman. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad SAW : Barang siapa ingin memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah Ta’ala. (Riwayat Ahmad, dari Abu Hurairah ra).


Tidak heran ketika ’Uqbah bin Al Harits rela bercerai dengan istri yang sangat dicintainya Ummu Yahya, atas persetujuan Rasulullah SAW hanya karena pengakuan seorang wanita tua bahwa ia telah menyusukan pasangan suami istri itu di saat mereka masih bayi. Allah mengharamkan pernikahan saudara sesusuan. Demikian pula kecintaan Abdullah bin Abu Bakar kepada istrinya, yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keangungan akhlaknya. Karena ayahnya mengamati bahwa kecintaannya tersebut telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan Allah dan memerintahkan untuk menceraikan istrinya. Pemuda Abdullah memandang perintah itu dengan kaca mata iman, sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya tersebut demi mempererat kembali cintanya kepada Allah.


Subhanallah, pasangan itu telah bersatu karena Allah, saling mencinta karena Allah, bahkan telah berpisah karena Allah. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Bagaimana halnya dengan pasangan yang terlanjur jatuh cinta, atau yang ’pacaran’ atau sudah bercinta sebelum menikah? Hanya ada dua jalan; bersegeralah menikah atau berpisah karena Allah, niscaya akan terasa lezat dan manisnya iman. Dan janganlah mencintai ’si dia’ lebih dari pada cinta kepada allah dan Rasul-Nya.


Dari Anas ra, Rasulullah SAW bersabda : ”Ada tiga hal dimana orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan enggan untuk menjadi kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya sebagaimana enggannya kalau dilempar ke dalam api”. (HR. Bukhari dan Muslim)


Sumber : Ust. H. Aus Hidayat Nur yg ditulis dalam Lembaran Da’wah keluarga ”Marhamah” edisi 884 th 18 1430 H/2009 M