Kamis, Juli 11, 2013

Bulan Ramadhan Lahir kembali



Nada-nada dari lagu yang ditiup angin senja, terus menggulirkan makna pada setiap kata, walau kadang tak dimengerti pada jamannya. Pemikir-pemikir cemerlang seringkali dikucilkan manusia di sekelilingnya, karena tak paham apa yang diucapkannya. Sehingga mereka seringkali dituduh aneh, nyeleneh, bahkan gila.

Sepanjang jalan kehidupan yang tak selamanya lurus, dihadapi dengan kebijaksanaan yang tulus, dan terus menerus bergema dengan kata-kata bagai dalam syurga Firdaus. Hanya segelintir orang yang memahaminya, hanya sedikit yang paham apa yang dikatakannya, karena setiap katanya tersembunyi hikmah yang tidak didapat, kecuali dengan membaca dan membacanya lagi.
Bagai rahasia di dalam rahasia, bagai boneka Matrioskan Rusia yang unik, di dalam boneka ada boneka lagi, dibuka lagi ada boneka dalam boneka tadi, dibukan lagi ada lagi boneka di dalamnya, begitu seterusnya, berlapis-lapis. Begitulah makna setiap kata yang diucapkannya, tak bisa langsung dimengerti pada masanya, pada jamannya, seakan kata-kata  yang diucapkan melesat ke masa depan, jauh meninggalkan jaman.

Dan pada setiap jaman ada puasa, sesuai dengan firmanNya dalam surat Al Baqoroh: 183” Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibakan atas-atas orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”  Perhatikan ayat tersebut, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang sebelum kamu, jadi puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan  akan terus datang dan datang lagi, persis dengan kelahiran manusia manusia, yang terus menerus lahir, dan lahir kembali. Manusia yang lahir kembali dalam hitungan waktu, bagai bait-bait berikut ini:

Dalam keheningan malam yang sunyi
Salju-salju tipis turun kepersada bumi
Di tengah lelapnya tidur makhlukMu
Ada nada-nada bahagia menyambut kelahiran kembali.

Wahai waktu yang terus bergerak maju
Tak ada yang dapat menghentikanmu
Tak ada yang dapat menyetop gerak langkahmu
Tak ada yang dapat membuatmu mundur walau sedetik
Semua mengiringi gerak langkahmu.

Air yang terus mengalir dalam gerak tak henti
Angin yang terus berhembus membuai dedaunan
Kupu-kupu yang berterbangan di taman taman kehidupan
Menyambutmu kelahiranmu yang berulang.
Kala lumpur-lumpur diseberang jalan sana menghadang jalanmu
Tetaplah melangkah walau ilalang tajam menggores kakimu.
Ada mutiara di laut yang dalam
Ada hikmah pada setiap musibah.

Teruslah melangkah wahai deru napas kehidupan
Kelahiranmu yang terus berulang dalam nada rindu syurgawi
Menghantar kedalam pelukan kasihNya
Yang tiada henti-hentinya menebar aroma wangi ke persada bumi

Sujudlah
Bersukurlah
Sepanjang waktu.
Semoga setiap napas yang kau hembuskan
Dan setiap langkahmu kakimu
Dalam ridho dan ampunanNya!

Begitulah bunyi bait-bait tentang kelahiran manusia,  dan wahai manusia, dalam setiap saat engkau lahir kembali, saat tidur dan kau terbangun, itu kelahiranmu yang terbaru, kau yang sekarang ini, di saat ini, bukan engkau yang tadi dan baru saja  berlalu. Dalam setiap saat kau adalah manusia baru, kelahiran baru dan setiap saat kau “ berulang tahun”. Bahagia terus menyambut kelahiranmu, dalam hitungan yang tak terhingga banyaknya, dan bila kau sadari itu, tersungkurlah kau dalam sujud keabadianmu!

Dan ramadhan pun datang,  bagai lahir kembali, ramadhan yang lalu bukan ramadhan kini, ramadhan kini bukan ramadhan yang akan datang, ramadhan selalu lahir dan lahir kembali, sama dengan manusia yang selalu lahir dan lahir kembali, ramadhan bagai siklus sejarah, yang terus menerus berputar, ramadhan dulu, ramadhan kini dan ramadhan yang akan datang, namanya sama, tapi peristiwanya beda. Pertanyaannya sekarang, sudah siapkah kau menyambut kehadiran bulan yang suci itu? Bulan yang lahir kembali sepanjang tahun, selama bumi masih beputar dan kiamat belum tiba.

Selamat datang bulan ramadhan
Selamat datang bulan suci
Selamat datang bulan yang melahirkan manusia kembali kepada fitrahnya sendiri
Selamat datang bulan yang dinanti jiwa-jiwa suci
Selamat datang bulan yang membentuk kerendahan hati manusia
Selamat datang bulan yang menyehatkan manusia.

Begitulah orang-orang beriman menyambut kelahiran bulan ramadhan dan akan terjadi sebaliknya bagi orang-orang yang tak beriman. Dan memang puasa diwajibkan bagi orang yang beriman, yang tidak beriman, ya tidak terkena kewajiban tersebut. Makanya sangat berbeda sekali berpuasa di Rusia yang Islamnya minoritas,  dengan puasa di Indonesia yang Islamnya mayoritas di Dunia.

Oleh: Syaripudin Zuhri
Sumber : Eramuslim.com

Selasa, Juni 11, 2013

Syukur adalah Kacamata Terindah



Banyak sekali manusia yang tak besyukur kepada Allah SWT, jangankan manusia sebagai makhluk sosial, yang hidup bersama dengan orang lain, manusia sebagai individu atau perorangan saja banyak yang tak bersyukur, yang ada keluh kesah saja dan seringkali bahkan yang dibadingkan dengan orang lain.

Dengan kalimat yang mungkin sering anda dengar’ dia sih enak” kata A kepada B. “ dia si enak” kata B kepada C, “dia sih enak “ kata C kepada D begitu seterusnya, sehingga yang terjadi “ enak atau nikmat itu selalu ada pada kerjaan orang lain, rumah orang lain, mobil orang lain, harta orang lain dan seterusnya.

Sedangkan yang ada pada dirinya,” tak  ada enak-enaknya, kurang terus dan lahirlah keluhan terus”, dengan demikian akan melahirkan sikap yang tak mau bersyukur, padahal syukur adalah kaca mata terindah yang dimiliki oleh manusia manapun, jika mau memakainya.

Syukur adalah kaca mata yang paling nikmat, dengan syukur pemandangan menjadi lebih indah. Bersyukur kepada Allah SWT, dimana dan kapanpun kita berada, karena telah begitu banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Jika kita mau menghitung, banyaknya tak terhingga. Jika dibandingkan dengan ujian dan cobaan, nikmatNya masih lebih banyak, karuniaNya lebih banyak lagi.

Sehatmu lebih banyak dari sakitmu, nikmat yang kamu terima lebih banyak dari cobaan, rezekimu yang datang lebih banyak dari rezekimu yang hilang, yang diberikanNya lebih banyak dari yang diambilNya. Kesempatan yang diberikan padamu, lebih banyak dari kesempitan yang menimpamu. Kenyang kau rasakan sesudah makan, lebih banyak dari laparmu.

Kekayaan yang kau dapat lebih banyak dari kemiskinan yang kau peroleh, itupun kalau kau miskin. Kesenangan yang kau peroleh, lebih banyak dari kesusahan yang menimpamu. Hari-hari dimana kau punya uang di sakumu, lebih banyak dibandingkan hari-harimu tanpa uang atau di dompet kosong sama sekali.

Begitu juga tentang kebahagiaan yang kamu rasakan dalam tiap harinya, lebih banyak dari deritamu, itupun kalau kau menderita. Hari-harimu tanpa celaan dan hinaan lebih banyak dari-hari-hari ketika kau di cela atau di hina orang lain, itupun kalau kau merasa di cela atau merasa di hina, jika kau cuek dengan celaan dan hinaan, karena kau tak mudah tersinggung, maka celaan dan hinaan apapun bentuknya tak membuatmu sakit hati atau tersinggung.

Kalau terus ditelesuri antara kelebihan dan kekurangan yang kau terima, akan ditemukan daftar sangat panjang, sepanjang nikmatNya yang telah kau terima, yang begitu banyak, yang tak sanggup kau menghitungnya. Dari daftar tersebut akan ditemukan begitu banyak kelebihan yang kau terima dibandingkan kekurangan.

Maka dengan kaca mata syukur, hidup akan menjadi lebih bahagia, lebih tenang dan lebih berlapang dada, karena mudah berterima kasih terhadap apapun yang diterimanya dan bersabar bila yang diterimanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau yang di inginkan. Dan firmanNya, “Bila kau bersyukur atas nikmatKu, maka akan Aku tambahkan nikmat itu padamu, namun jika kau kupur atas nikmatKu, ingat, azabKu sangat pedih “(QS Ibrohim : 7).

Ketika kau merasa sedang menderita, coba ingat kembali kebahagiaan yang pernah kau peroleh. Ketika kau merasa sedih, coba kembali menengok kebelakang, apakah kesedihan itu lebih banyak dari tawa dan senyummu? Begitu juga saat kau sakit, hitunglah saat sehatmu. Jika ujian datang berupa kesusahan atau derita, bukankah kau sering kali lulus menghadapinya? Ketika kau sendirian tanpa teman, coba lihat kembali ketika kau sedang duduk bersenda gurau dengan teman-temanmu, mana yang lebih banyak?

Ketika kritikan datang mungkin bertubi-tubi di suatu saat, coba hitung berapa pujian yang telah kau terima sebelumnya dan seandainya kau tidak pernah menerima pujian, apakah lantas kau surut kebelakang, menarik diri dan hidup di goa-goa yang sunyi sepi atau kau melarikan diri dari “dunia” ramai. Kalau itu yang kau lakukan, mari perhatikan yang satu ini : Manusia yang hidup bersama orang lain dan bersabar terhadap kritikan mereka, itu lebih baik dibandingkan manusia yang menyendiri, takut akan kritik dan tenggelam di telan sang waktu

Ketika suatu saat tiba-tiba saja kau merasa kehilangan, kecopeten, kecurian dan sebagainya, coba kau bandingkan dengan harta yang telah kau terima, mana yang lebih banyak? Begitu juga bila saat kau menerima berita kematian, entah teman, sahabat, saudara atau yang lainnya, bandingkan lagi dengan berita yang kau terima, berupa kelahiran, ulang tahun dan sebagainya, mana yang lebih banyak? Dan kalaupun kau mati pada suatu saat nanti, coba hitung berapa kehidupan yang sudah kau terima setiap harinya, bukankah jika kita masih bisa bangun dari tidur di pagi hari, itu berarti kita telah menerima kehidupan kembali? Bukankah hakekat hidup kita sehari semalam hanya 24 jam?

Bukankah itu berarti kehidupan yang telah diberikanNya begitu banyak, sebanyak jam-jam yang telah kita lewati, nah sedangkan saat kita mati, mati hanya sekali saja. Dan saat kematian tiba, itupun bukan sesuatu yang membuat ketakutan yang sangat luar biasa, bukankah pada saat itu kita akan bertemu pada yang telah menciptakan kita , yang telah memberikan hidup pada kita, bukankankah kita milikNya, titipanNya?

Nah bila yang punya akan mengambil sesuatu yang memang miliknya, apakah kita bisa melarangnya, menggugatnnya atau memperotesnya? Bagitu juga saat Dia akan mengambil roh yang telah dititipkan pada kita, nah kalau Dia mau ambil titipannya, apakah kita juga mau protes, mau melarang, mau membantah atau mau mengguggatnya? Seandainya kita bisa protes, melarang, membantah atau menggugat, bisakah sunnatullah menjadi hilang? Tentu saja tidak, ketentuanNya akan berlaku.

Kembali kepada syukur, jika kau ingkari setiap apa yang telah kau terima betapapun kecilnya, itu artinya kau kupur nikmat. Atau kau mau mendustai setiap rezeki yang kau terima? Jika itu yang kau lakukan, kupur nikmat pantas kau sandang. Tentu saja kita tak mau dikatakan sebagai hambaNya yang kupur nikmat. Dan sebenarnya Allah SWT telah menantangmu dengan firmanNya dalam surat Ar Rahman mulai dari ayat ke 13 : Nikmat Tuhan yang mana lagi yang mau kau dustakan?

Ayat itu di ulang-ulang dalam firmanNya, tak kurang dari 31 kali, hanya dalam satu surat saja! Seakan-akan Tuhan ingin membuka mata hati kita lebar-lebar, untuk melihat sebanyak-banyak karuniaNya, nikmatNya. Jika hal tersebut tak juga di sadari, manusia macam apa kita? Begitu banyak nikmatNya, sampai tak terhitung…, eh masih saja mengingkari, masih saja kupur terhadap nikmatNya, masih saja merasa kurang, masih saja mengeluh yang berkepanjangan, tak habis-habisnya, tak henti-hentinya mengeluh , mengeluh dan mengeluh.

Seharusnya di lidah kita penuh dengan rasa syukur, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah yang tak habis-habisnya, itu semestinya, mengapa? Karena saat kita bersyukur itupun sudah menggunakan karuniaNya, nikmatNya. Ayo, siapa yang berani bilang lidahnya, mulutnya, suara syukur yang keluar dari mulutnya adalah ciptaannya sendiri? Ayo siapa yang berani bilang, bahwa ketika kata syukur itu keluar itu, karyanya sendiri? Bukankah kata “ Alhamdulillah” itu ajaranNya, firmanNya? Ayo siapa yang berani bilang bahwa ketika dia bersyukur itu terlepas dari kehendak Allah SWT?

Sebagai tanda syukur kepadaNya, kitapun diharuskan untuk terus menerus berbuat pada sesama manusia ciptaanNya, juga kepada hewan dan tumbuhan. Rasa syukur yang paling baik adalah kita menjadi rakhmat bagi seluruh alam, rakhmatan lil alamin, sebagaimana dicontohkan rosulullah SAW.

Apakah yang harus kita lakukan sekarang dan seterusnya? Yang kita lakukan adalah banyak bersyukur atas nikmatNya, banyak bersyukur atas rejekiNya, banyak bersyukur atas karuniaNya, banyak bersyukur atas ciptaanNya , banyak bersyukur atas lingkungan yang telah diciptakanNya, banyak bersyukur atas segala-segalanya. Semoga kita semua menjadi hamba-hambaNya yang pandai bersyukur kepadaNya.

Bila setelah menjadi uraian di atas, masih saja timbul rasa keluh kesah, dan selalu merasa diri masih saja kurang, dan tak menghargai apa yang sudah dimiliki, mintalah petunjuk kepada Allah SWT, mohon kepadaNya agar diberikan hati, lidah, mata, telinga dan seluruh anggota tubuh untuk pandai bersyukur kepadanya, karena dengan ucapan yang paling sederhana dari syukur saja itu sudah ibadah!

Ya mengucapkan “ alhamdulillah “ saja itu sudah ibadah, ringan mengucapkannya, tapi timbangan amalnya berat. Dan jangan lupa gratis, tak perlu alat apapun untuk mengucapkannya, itu bagi orang yang beriman, tapi yang kupur nikmat, walaupun mengucapkan “alhamdulillah” ringan, berpahala dan gratis, tetap saja tak mau bersyukur, tak mau mengucapkannnya, apa lagi untuk mengamalkannya, jauh panggang dari api.

Oleh: Syaripudin Zuhri                                                                                                                      
Sumber : Eramuslim.com

Selasa, Mei 21, 2013

Aneh Tapi Nyata dengan Alhamdulillah



Alkisah, disuatu desa ada seorang petani miskin yang kehilangan kuda satu-satunya. Kuda itu selalu petani gunakan untuk bekerja. Orang-orang di desanya amat prihatin atas kejadian itu, namun petani itu hanya katakan, “Alhamdulillah”.

Orang-orang di Desa merasa keanehan dengan petani itu. Seminggu kemudian kuda tersebut kembali ke rumahnya sambil membawa serombongan kuda liar. Kuda-kuda itu disewakan kepada 0rang-orang Desa. Hingga petani itu mendadak menjadi orang kaya. Orang-orang di desanya berduyun-duyun mengucapkan selamat kepadanya, namun petani itu hanya katakan, “Alhamdulillah”.

Tak lama kemudian petani ini kembali mendapat musibah. Anaknya yang berusaha menjinakkan seekor kuda liar terjatuh sehingga patah kakinya. Orang-orang desa merasa amat prihatin atas kejadian itu, tapi sang petani lagi-lagi hanya mengatakan, “Alhamdulillah”.

Ternyata seminggu kemudian bala tentara masuk ke desa itu untuk mencari para pemuda untuk wajib militer. Semua pemuda diboyong keluar desa kecuali anak sang petani karena kakinya patah. Melihat hal itu si petani hanya berkata singkat, “Alhamdulillah”.

Cerita diatas menunjukkan kepada kita bahwa apa yang kelihatannya baik, belum tentu baik. Sebaliknya, apa yang kelihatan buruk belum tentu buruk. Sebagaimana  dalam Al-Quran : “…boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S Al-Baqarah : 216)

Dalam Aspek da’wah yang dilakukan petani pada cerita diatas merupakan aspek da’wah nafsiyah. Terbukti saat petani itu dikenai beragam musibah dan beragam anugrah, petani itu mengatakan “Alhamdulillah”. “Alhamdulillah” kata yang singkat namun berarti sebagai pengobat untuk kejadian-kejadian yang menimpa. Inilah sifat yang perlu dimiliki oleh da’i, pada saat terpojokan oleh masalah-masalah maka jalan keluarnya adalah katakan “Alhamdulillah” suatu kata yang menandai dikembalikannya seluruh kejadian kepada Allah Swt. Dalam hal ini Allah Swt mengingatkan, sebagai berikut : ” Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan ”. (Q.S Al Jaatsiyah : 15)

Pada surat dan ayat yanng lain disebutkan pula : ”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya” (Q.S. Fushshilat : 46)

Orang yang bersyukur tidak terganggu dengan apa yang terjadi menimpanya karena ia selalu menerima apa saja yang ia dapati. Serta apa yang dilakukan oleh kita sesungguhnya, itu kembali kepada kita termasuk saat kita bersyukur. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran : “Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S Luqman : 12)

Jika dikaitkan dengan kajian Teori Bimbingan Konseling cerita diatas senada dengan konsep Analisis Transaksional yang dikemukakan oleh Eric Bern. Dimana petani meskipun ia adalah orang tua akan tetapi ia dapat mengendalikan Egonya pada “Ego Dewasa” yang mana Ego dewasa bercirikan bijaksana, proporsional, fleksibel, dan bertanggung jawab.

 Wallahu ‘alam bishshowab. . .

Sumber : Eramuslim, Senin, 10 Rajab 1434 H / 20 Mei 2013

Senin, Mei 06, 2013

Sabar Unlimited



Allah SWT menjadikan sabar bagai kuda yang tak pernah letih, pedang yang tak pernah tumpul, pasukan perang yang tak terkalahkan, dan benteng yang tak tertaklukan. Sabar dan kemenangan ibarat dua saudara kandung. (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)

  1. Sabar itu tiada berbatas, tiada pula limitnya. Tapi manusia sering mengklaim itu. Sejatinya ia yg tak sisakan ruang sabar lagi dlm dirinya.
  2. Jika ada org coba mancing kualitas sabar kita, berdoalah spy masih terus ada ruang dalam diri kita utk menampungnya. Bahkan menambahnya.
  3. Tapi sabar tak ada kaitannya dg diam terhadap kezhaliman. Diam thdp kebathilan. Bungkam thdp show kebohongan, fitnah, & sandiwara fakta.
  4. Ibu Musa as setelah sedih, kemudian sabar sesuai arahan Allah. Ia pun bereaksi dg mengutus kakak Musa. Inilah kegigihan usaha memonitor Musa.
  5. Ibu Musa tak menyerah melawan kezhaliman. Bahkan ia dpt kembali mengasuh Musa dg tenang. Plus upah dr kerajaan. Buah sabar luar biasa.
  6. Sebagian persepsikan sabar, qana'ah, tawakkal dg kurang tepat. Ke3nya seolah padu dg kelemahan atau sama dg "menyerah" padahal tak demikian.
  7. Sabar nya Nuh as. Selama 950 adl full action, totalitas amal, ikhlas & never give up. Itulah kenapa Nuh sgt ikonik dg kesabaran.
  8. Bahkan 2 org terdekatnya: istri & anak lelakinya tak ikut dlm kafilah dakwahnya. Keduanya ditelan air bersama keangkuhan & sombongnya.
  9. Ayyub as. yg sabar dg ujian Allah kembali menuai hasil yg tak disangka-sangka. Kekayaan & bahagianya dijelmakan kembali padanya.
  10. Aisyah yg diserang dusta sehingga Madinah terkepung fitnah perselingkuhan. Ia tak menyerah. Meski ia malu muluk2 brharap pd kearifan Ar-Rahman.
  11. Hanya satu pintanya: Allah buktikan dirinya tak sekotor tuduhan & fitnah org2 munafik. Sekedar pembebasan dari-Nya. Tp Allah bkehendak lain.
  12. Allah turunkan penyucian jiwa & namanya dlm rangkaian kalam2 suci-Nya yg terabadikan spanjang masa. Umat Islam terlepas dr fitnah murahan.
  13. Lihat pula Yusuf as yg harus sabar mndekam dlm penjara tahunan lamanya. Ia tak mati di dlmnya. Bahkan disulapnya mjadi pelataran surga.
  14. Padahal ia dijebloskan didalamnya dgn rekayasa kesalahan yg tanpa bukti. Bahkan tanpa didahului persidangan & pembelaan.
  15. Yusuf yg sabar tanpa siapa-2 yg bisa melindunginya, bbrp tahun kemudian menjelma jadi org yg dicari2 istana karena keahlian & kesantunannya.
  16. Ia jadi org penting di Mesir skaligus juru selamat rakyatnya yg dtimpa paceklik. Ia tak dendam dg org2 yg zhaliminya.Tp ia berbuat.
  17. Perhatikan pula sikap sabar Nabi Saw hadapi teror Kuffar Quraisy. Beliau tak diam, bahkan sempat cari suaka ke Thaif meski dizhalimi jg.
  18. Saat Fathu Makkah beliau perbanyak tasbih & istighfar utk kukuhkan sabar nya yg berbuah. Dg kebesaran jiwa beliau bersabda "pergilah.."
  19. "Pergilah, kalian bebas" (Idzhabu wa antumuththulaqo'). Maka sirnalah dendam & pusaran sejarah ms lalu. Abu Sufyan pun meresponnya...
  20. ...Keluarganya peluk Islam tanpa paksa. Ia pun mengubah gy hidupnya, "sejak saat ini tak terpikir olehku berbuat salah lagi".

  1. Abu Sufyan bahkan telah siapkan liang lahat untuknya. Meski ia belum mau mati saat itu, masih banyak cara tuk perbaiki sejarahnya.
  2. Imam Syafi'i yg sabar dlm keterbatasannya, bersama ibunya ia jejak jalan-jalan ilmu diberbagai negara. Shg Allah muliakan & angkat derajatnya.
  3. Sdg Ibrahim as. jangan tanya kualitas sabar nya. Berpisah dg belahan jiwa & buah hati. Setelah itu dituntut berkorban tuk buktikan totalitas cintanya.
  4. Bagi yg pernah alami spt itu baru terasa beratnya. Tak spt yg dibayangkan mereka yg belum merasakannya. Yg kdg hanya nilai tampilan lahirnya.
  5. Mau tahu hasilnya? Ending org-org sabar di atas: Muhammad Saw, Nuh, Yusuf, Ibrahim, Ibu Musa, Ayyub, Imam Syafi'i. Allah muliakan mereka.
  6. Melebihi perkiraan & sangkaan siapa saja, bahkan oleh para pelakunya. Karena reward utk org2 yg sabar sangat unlimited (Az-Zumar: 10).
  7. Karena dimensi sabar juga unlimited. Dipakai siapa saja dan dalam kondisi apa saja, serta di mana saja. Berhadapan dgn apa & siapa pun.
  8. Sabar dalam bertahan pada nilai kebaikan: berusaha konsisten (istiqomah) dg memperluas gelombang pengaruhnya selebar-lebarnya.
  9. Sabar dlm tinggalkan maksiat: walau sehebat apapun godaan & rayuan gombal serta jebakan2nya. Dilakukan oleh siapapun, dlm bentuk apapun.
  10. Sabar saat musibah: dgn terima putusan takdir meski sgt manusiawi diperbolehkan sedih yg tak berlebihan dg berbagai ekspresinya.
  11. Sabar saat diserang dusta & fitnah bertubi-2: dg tawakal pd Dzat yg serba Maha, disertai usaha bersihkan diri dg bukti2 & dukungan manusiawi.
  12. Sabar saat sampaikan kebaikan: dg tawakal pd Sang Pemilik Cinta disertai usaha tebarkan damai, cinta, keteladanan, keramahan & kerjasama.
  13. Sabar di saat jauh dari keluarga & org2 yg pahami: dg silaturahmi, tambah sahabat, jaringan & perbanyak amal yg berguna bagi sesama.
  14. Sabar saat dicela/dipuji, disalahpahami/memahami, saat tersesat jalan, saat bumi terasa sempit, saat dizhalimi, saat diremehkan/dilebih2kan.
  15. Sabar saat letih, saat merasa lemah, merasa gundah, saat ingin marah, atau tak tahu mau berbuat apa, serta dlm berbagai kondisi lainnya.
  16. Kesimpulannya: jika ada yg mencoba uji stok sabar kita, siapa saja/kondisi apapun. Jwb & buktikan bahwa sabar kita unlimited karena satu hal....
  17. Ada Dzat yg selalu suply stok sabar kita. "Innallaha ma'ash-shobirin" (Allah bsama org2 penyabar). So never ending, never giv up...
  18. Dan nikmati janji Allah tanpa ragu dgn unlimited rewards... Sebagaimana cinta & rahmat-Nya yg tak berbatas. Bagi siapapun..

Saiful Bahri
@L_saba
Graduated from Al-Azhar Univ. in Cairo (Ph.D in Tafsir al-Quran)