Selasa, Maret 28, 2006

Yang memakan habis seluruh kebaikan

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Nabi saw bersabda:
"Hati-hatilah kamu sekalian terhadap hasad (dengki), karena sesungguhnya hasad akan memakan habis seluruh kebaikan sebagaimana api melalap habis kayu bakar" (HR Abu Daud) [2]

Dalam surat Al-Falaq, Allah memerintahkan kaum beriman untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. Arti al hasad atau dengki adalah mengharapkan kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain lenyap. Adapun apabila hanya mengharapkan mempunyai kenikmatan yang serupa tanpa dibarengi dengan harapan agar nikmat itu lenyap dari tangan orang lain, hal ini bukan al-hasad, melainkan ghibthah dan munafasah (persaingan yang sehat).

Akan tetapi, terkadang kata al-hasad diartikan juga al-ghibthah. Apabila demikian, berarti mengandung arti yang positif. Hal seperti ini dianggap sebagai hal yang terpuji dalam dua keadaan, yaitu sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadits Rasulullah saw :
"Tiada iri hati (yang diperbolehkan) [laa hasada] selain hanya dalam dua hal, yaitu seseorang yang diberi oleh Allah harta, lalu dia membelanjakannya untuk hal yang hak, dan seorang lelaki yang diberi oleh Allah ilmu, lalu dia mengamalkannya dengan konsekuen dan mengajarkannya (kepada orang lain)" (HR Bukhari). [1]

Dengki adalah sifat buruk yang harus diwaspadai oleh setiap muslim. Sifat ini tidak pantas menyertai seorang muslim yang beriman pada Allah, Rasul, dan hari akhir.

Salah satu ciri khas seorang muslim yang benar adalah jiwa yang bersih dari sifat menipu dan dengki, dan dari menyalahi janji dan dendam kesumat. Kebersihan jiwalah yang mendorong seorang manusia ikhlas menghamba kepada Allah, beribadah, menegakkan shalat, dan bermunajat pada malam hari, berpuasa di siang hari. (HR Ahmad) [2]

Dalam salah satu riwayat, diceritakan bahwa Rasulullah saw pernah menyebutkan seorang sahabat Anshor sebagai "seorang dari penghuni surga". Abdullah bin Amru yang ingin mengetahui amalan sahabat Ansor tersebut, meminta izin untuk tinggal di rumahnya selama tiga hari. Abdullah tidak menemukan amalan yang istimewa, dia tidak sekalipun melihat lelaki itu melakukan shalat malam, kecuali bahwa setiap lelaki itu berbalik dalam tidurnya, dia menyebutkan nama Allah.

Akhirnya Abdullah bin Amru menanyakan apa sebabnya lelaki tersebut bisa mencapai derajat seperti yang dikatakan Rasulullah tsb. Dia menjawab: "tidak ada yang saya kerjakan selain apa yang telah kau perhatikan, tetapi tidak tersimpan sedikitpun dalam hatiku keinginan untuk menipu seorangpun dari kaum muslimin atau menaruh dengki padanya atas kebaikan yang dikaruniakan Allah kepadanya." Kemudian Abdullah berkata "Inikah yang telah mengangkat derajatmu setinggi itu?!" [2]

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya.
(1) Waspadalah terhadap kesombongan, sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujud kepada Adam.
(2) Waspadalah terhadap kerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang.
(3)
Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya (HR Ibnu Asakir) [3]

Muawiyah berkata, "Tidak ada sifat-sifat kejahatan yang lebih tegak daripada dengki. Orang yang dengki binasa sebelum orang yang didengkinya."

Dikatakan bahwa Musa as melihat seorang manusia di dekat 'Arasy. karena Musa ingin menempati kedudukan itu, beliau bertanya, "Apa amalnya?" Pertanyaan itu dijawab, "Ia tidak pernah dengki terhadap manusia karena anugerah Allah swt kepadanya."

Umar bin Abdul Aziz menegaskan, "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih zalim yang sama dengan kezaliman pendengki. Sebab ia senantiasa berada dalam keadaan sengsara dan nafas sesak." [3]

Referensi:
[1] Tafsir Juz 'Amma, Al-Ustadz 'Afif Abdul Fattah Thabbarah
[2] Apakah Anda Berkepribadian Muslim?, Dr. Muhammad Ali Hasyimi
[3] Risalatul Qusyairiyah, Induk Ilmu Tasawuf, Imam al-Qusyairy an-Naisabury

1 komentar:

Ami' J mengatakan...

nice blog...
tapi seandainya seseorang melakukan sesuatu karena keterpaksaan bercampur iba. terpaksa karena tak tega liat air mata ia mengiyakan untuk menikah. sementara batinnya mengharapkan orang lain untuk pendampingnya. apa yang mesti dilakukan? padahal sudah dia jelaskan semuanya apa adanya, tapi tetap sang wanita maksa untuk utuh. sempat juga nawarkan poligami tapi tdak boleh karena alasan malu. so? apakah smua yang dilakukan ini termasuk hasad? atau hasad itu tumbuh karena keterpaksaan ini?