Rabu, Desember 20, 2006

IBU DAN SURGA

“Ya Rasulullah! Siapakah yang paling berhak menerima baktiku?” Nabi saw menjawab, “Ibumu”. Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Ibumu”. Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah”. Nabi menjawab, “Ibumu”. Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Ayahmu.”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Demikian perbincangan antara seorang sahabat dengan Rasulullah saw di suatu saat. Berdasarkan riwayat di atas, perintah untuk berbuat baik kepada ibu diulang hingga tiga kali berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa ibu memiliki kedudukan yang tinggi dalam pandangan Islam.

Memang, keberadaan manusia di dunia ini tidak pernah lepas dari peran orang tua, terutama ibu. Ibulah yang melahirkan kita ke dunia ini. Ibu jugalah yang membimbing kita hingga kita menjadi mandiri dan sukses. Bisa jadi kita tidak akan pernah bisa menghirup segarnya udara di subuh hari. Bisa jadi kita tidak pernah bisa merasakan betapa asyiknya berlarian di tepi pantai jika sebelumnya ibu tidak melahirkan kita ke dunia ini. Beruntung Allah swt menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan Adam a.s. hingga dunia ini semarak oleh anak cucunya.

Tak salah jika dalam satu kamus, sebagaimana dikutip Ahmad Abdul Hadi dalam buku Al-Qur’an Berbicara Tentang Ibu (al-Ummu Fil Qur’anil Karim) mengatakan bahwa kata “ibu” diartikan sebagai “sumber segala sesuatu”. Sumber yang tidak saja melahirkan manusia ke dunia, tidak saja mengasuh dan merawat kita dengan segala ketabahan dan kesabarannya, tapi juga sumber penentu ke mana putra-putrinya melangkah dalam mengarungi bahtera hidupnya kelak.

Ke surga ataukah ke neraka? Ibu mempunyai peran strategis dalam menentukan tujuan yang sering-sering disinggung Allah swt. ini. Lebih dari itu, “Ibu adalah sekolah. Bila kamu persiapkan, kamu persiapkan bangsa yang baik akarnya,” demikian seorang penyair Arab pernah bertutur.

Sedemikian tingginya kedudukan ibu dalam Islam, sampai-sampai salah satu riwayat menyebutkan, “Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu,” – meski banyak ulama yang men-dhaifkan riwayat ini.

Al-Qur’an sendiri telah menandaskan, “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu,” (QS. Luqman: 14).

Bahkan salah satu hadist menyebutkan, “Keridhaan Allah terkait dengan keridhaan kedua orang tua dan murka Allah terkait pada murka kedua orang tua.” (HR Al-Hakim).

Rasulullah saw. Bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar?” Beliau mengulang pertanyaan ini hingga tiga kali. Para sahabat menjawab, “Ya, kami mau wahai Rasulullah.” Rasulullah berkata, “Jangan kalian sekutukan Allah dan janganlah berbuat durhaka terhadap orang tua kalian.”

Ya Allah, ampunilah segala kesalahan kami dan kesalahan kedua orang tua kami. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka mencurahkan kasih sayangnya kepada kami, sewaktu kami masih kecil dulu. Wallahua’alam bil shawab.

Sumber: Majalah Hidayah edisi Juli 2005

Senin, Desember 18, 2006

Andai Ku Tahu

Andai ku tahu kapan tiba ajalku
Ku akan memohon Tuhan tolong panjangkan umurku
Andai ku tahu kapan tiba masaku
Ku akan memohon Tuhan jangan kau ambil nyawaku

Aku takut akan semua dosa-dosaku
Aku takut dosa yang terus membayangiku
Andai ku tahu malaikat kan menjemputku
Izinkan aku mengucapkan kata tobat padamu

Aku takut akan semua dosa-dosaku
Aku takut dosa yang terus membayangiku
Ampunilah aku dari segala dosa-dosaku
Ampunilah aku menangis ku bertobat padamu

Aku manusia yang takut neraka
Namun aku juga tak pantas di Surga
Andai ku tahu kapan tiba ajalku
Izinkan aku mengucap kata tobat pada-Mu


Kalau sahabat suka musik, maka salah satu musik religi yang sedang boming, khususnya di bulan Ramadhan dan Lebaran adalah album Ungu, salah satu lagunya “Andai ku tahu”. Hampir disetiap sudut jalan, rumah bahkan dering Hp pun banyak memperdengarkan lagu religi ini.

Apapun agama seseorang, bahkan orang yang mengaku tidak beragamapun, ketika dihadapkan sebuah kejadian kematian, insya Allah akan takut mati. Makanya, Rasulullah saw menginformasikan: “Nasihat yang paling mujarab adalah kematian”. Cuma masalahnya adalah, apakah kita selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian atau tidak. Inilah problem utamanya.

Salah satu bait, lagu ungu adalah;

Aku takut akan semua dosa-dosaku
Aku takut dosa yang terus membayangiku
Andai ku tahu malaikat
kan menjemputku
Izinkan aku mengucapkan kata tobat padamu.

Berani hadapi tantangan, untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian? Atau kita sering melihat kematian dan tetap menjadi bebal, untuk mempersiapkan kematian. Bagaimana pendapat kalian?

Kamis, Desember 14, 2006

Sekuntum Bunga Terpelihara

Allah SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk dijadikan atasannya . Tidak juga Allah SWT ciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk dijadikan bawahannya. Tetapi Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lengannya untuk dilindunginya, dan dekat dengan hatinya untuk dicintainya.

Allah tidak menciptakan wanita sebagai komplementer atau sebagai barang substitusi apalagi sekedar objek buat laki-laki. Tetapi Allah menciptakan wanita sebagai teman yang mendampingi hidup Adam tatkala kesepian di surga. Juga Allah ciptakan wanita sebagai pasangan hidup bagi laki-laki untuk menyempurnakan hidupnya sekaligus sebab lahirnya generasi, disamping tunduk dan beribadah kepada Allah tentunya.

Namun mengapa tetap saja ada laki-laki yang tunduk di bawah kaki wanita. Mengemis cintanya, berharap kasih sayangnya dengan menggadaikan kepemimpinan, bahkan kehormatan dan harga dirinya. Wanita dipuja bagai Dewa, disanjung bagai Dewi Sinta, yang banyak menyebabkan laki-laki buta mata, buta telingga, bahkan buta mata hatinya..

Namun ada juga yang menganggap rendah wanita. Wanita dinista, dihina. Kesuciannya dijadikan objek yang tidak bernilai harganya. Tenaganya dieksploitasi bagaikan kuda. Kelembutannya dijadikan transaksi murahan yang tak seimbang valuenya. Wanita dijadikan sekedar pemuas nafsu belaka, bila habis madunya, dengan seenaknya di buang ke keranjang sampah, atau dianggap sandal jepit yang tak berguna.


Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, anak kita, relakah kita melihat mereka menjajakkan diri di gelapnya malam yang mencekam. Relakah kita melihat mereka membanting tulang mengumpulkan rupiah, ringgit atau real dengan mayat terbujur kaku sebagai resikonya?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, anak kita, relakah kita membiarkannya seolah seonggok jasad hidup yang tidak memiliki nilai guna? Dipajang sana-sini, kemudian orang-orang tidak bertanggung jawab dapat bebas menyentuhnya?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, anak kita, relakah kita membiarkannya beringgas, liar, ganas, tidak berpendidikan, bodoh, dunggu, hanya karena ketidakmampuan ayah memberi nafkah, karena ketidakmampuan ibu medidik dan mencintainya, karena ketidakmampuan kita melindunginya, sebagaimana Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lengannya untuk dilindunginya, dekat dengan hatinya, untuk dicintainya.

Ia tetap wanita, yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tidak bisa manusia dengan akalnya yang kerdil ini mengganti kedudukannya apa lagi fitrahnya. Wanita adalah patner laki-laki dalam mengisi hari-hari. Islam telah menempatkannya pada posisi yang sangat terhormat, karena setiap jiwa lahir dari rahimnya.

Memang adalah suatu hal yang sulit mendidik wanita yang berakidah benar, ibadah seeur, akhlak bagus, berbadan sehat, jago komputer, dan otaknyapun pinter. Namun bukan berarti dunia tidak bisa melahirkan wonder women. Sejarah mencatat dengan tinta emas prestasi kepahlawanan para wanita. Dimulai dari Ummul Mu’minin, Aisyah, Fatimah Az-Zahra, Cut Nyak Dien, Kartini, dan pada zaman modern ini pejuang wanita terus saja bermunculan seperti perjuangan Zainab Al-Ghazali, seorang wanita Ikhwanul Muslimin yang tidak saja kuat fisiknya tetapi juga imannya menghadapi kekejaman pemerintah tirani di Mesir waktu itu.

Wonder women yang sholehah bagaikan sekuntum bunga terpelihara, tidak semua kumbang bisa menghisab madunya. Lemah lembutlah memperlakukanya, karena kata Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Muslim “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalehah”.

***

Sudah habis masanya bagi perempuan hidup terhina. Sudah berlalu awan kelam yang senantiasa menyelimuti gadis-gadis kecil tak berdosa yang dikubur hidup-hidup hanya karena ia berjenis kelamin perempuan. Sejak cahaya Islam menyinari bumi melalui tangan seorang rasul, perempuan menempati tempat yang terhormat. Adalah suatu kesalahan sejarah, jika dikatakan bahwa kebangkitan harga diri dan kehormatan perempuan dimulai sejak terbitnya buku habis gelap terbitlah terang.

Sebagai makhluk yang sama-sama mengabdi kepada Allah, perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang sama. Bahkan lebih jauh, ada pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan oleh-laki-laki. Hanya wanita saja yang dapat melakukan pekerjaan ini. . Mengandung, melahirkan, menyusui, adalah fitrah yang tidak dapat dielakkan walaupun dengan teori dan argumentasi apapun. Namun tidak ada pekerjaan laki-laki yang tidak dapat dikerjakan oleh wanita. Semua pekerjaan laki-laki dapat dikerjakan oleh wanita saat ini. Tetapi apakah laki-laki bisa mengandung, melahirkan, menyusui? Inilah fitrah yang tidak dapat dielakkan, bahwa wanita memiliki bagian special dalam episode kehidupannya.

Sejarah Indonesia mencatat perjuangan seorang gadis bernama Kartini untuk hak-hak dan persamaan derajat kaumnya dengan laki-laki.. Tradisi Jawa yang feodal waktu itu amat sangat merugikan kaum wanita. Tidak diperkenankan mengenyam pendidikan adalah puncak kekecewaan Kartini terhadap diskriminasi terhadap wanita yang sesungguhnya sudah sejak lama dibebaskan Islam melalui lisan Rasulullah. Karena beliau waktu itu berkiblat pada Eropa, Kartini menganggap Eropa merupakan atmosfir baru yang patut dijadikan rujukan terhadap kebebasan perempuan dari kukungan tradisi Jawa yang kurang menghargai wanita.

Perempuan memiliki hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang sejajar dengan laki-laki. Karena mendapatkan ilmu adalah hak setiap insan di muka bumi ini. Kartini pernah mengirim surat kepada Prof Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902, “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruh yang besar sekali bagi kemajuan yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya, menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”

Bila kita perhatikan, tuntutan utama Kartini adalah diberikannya kesempatan bagi kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Karena memang waktu itu yang berhak mendapatkan pendidikan hanya laki-laki, itupun terbatas pada anak-anak kaum ningrat, pejabat pemerintah dan Belanda. Kartini yang masih berdarah ningrat saja masih terbatas mendapatkan pendidikan, apalagi dengan perempuan rakyat jelata? Karena Kartini yang cerdas menyadari pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar bagi wanita untuk mengembangkan potensi yang telah diberikan alam kepadanya.

Pada zamannya, pendidikan bagi anak perempuan amat minim sekali. Hal ini menyebabkan Kartini ingin mendobrak tradisi tersebut dan mengharapkan adanya perubahan adat yang sangat feodal dan mengukung kebebasan. Kartini ingin agar kaumnya pada zaman Belanda itu mendapatkan kesempatan untuk maju, salah satu cara adalah dengan mendapatkan pendidikan yang sama dengan apa yang didapatkan laki-laki. Karena tidak dapat dipungkiri, ibu adalah madrasah pertama yang akan mendidik anak-anak menjadi manusia-manusia yang kelak akan menjadi pemimpin negeri ini.

Namun sayang, kaum feminisme tidak utuh mendeskripsikan keinginan dan cita-cita Kartini. Cita-cita murni dan mulia itu hanya ditafsirkan sebatas persamaan derajat. Mereka bahkan lebih sempit menafsirkan cita-cita Kartini dengan persamaan disegala bidang tanpa menghiraukan kodrat keperempuanan yang tidak bisa dipungkiri jelas akan berbeda dengan laki-laki. Jika persamaan derajat yang dituntut, jauh sebelum Kartini lahir, Islam telah mengangkat derajat wanita ke tempat yang paling terhormat, bahkan seluruh isi alam ini tidak ada artinya dibandingkan seorang wanita yang sholehah, begitu Rasul mengatakan.

Sebelum wafatnya Kertini sempat mempelajari Al-Quran. Pelajaran yang hanya sebentar ia dapatkan itu menyadarkannya bahwa betapa selama ini ia telah salah memandang Eropa yang selalu diagung-agungkannya sebelum ia mendapat hidayah Allah.

Hal ini terungkap dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tanggal 27 Oktober 1902, “Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat Ibu, terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut peradapan?

Surat yang cukup pedas ini Kartini sampaikan karena akumulasi kekecewaanya pada masyarakat Eropa yang selama ini ia anggap terhormat. Tidak ada satu masyarakatpun yang lebih menghargai keberadaan perempuan kecuali Islam.

Itulah Kartini, perempuan yang cerdas, kritis dan bisa membedakan mana yang merupakan peradapan, dan mana yang tidak. Perkenalannya yang hanya sebentar dengan Al-quran, telah mengembalikan aqidahnya yang hampir terlumuri oleh teori teman temanya dari Eropa dan Barat yang jauh dari nilai-nilai Islam, berpandangan materialistik, menganggap kaum perempuan pribumi bodoh, padahal merekalah yang menciptakan situasi tersebut.

Surat Kartini kepada Ny. Abendanon tanggal 12 Oktober membuktikan itu, “Dan saya menjawab, tidak ada Tuhan kecuali Allah, kami mengatakan bahwa kami beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia, jika sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang, bukan manusia”.

Subhanallah, Allah memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan mencabut hidayah dari siapa yang dikehendaki-Nya. Beruntunglah Kartini, diakhir hayatnya Allah menunjukinya jalan yang benar, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhamad adalah utusan Allah. Wanita diciptakan Allah dari tulang rusuk laki-laki untuk menjadi patner khalifah di muka bumi ini. Dan Rasul telah membebaskan perempuan dari kukungan jahiliyah yang merendahkan martabat wanita, sehingga kerjasama itu dapat dilaksanakan dengan baik.

Jika Kartini pada akhir hayatnya ingin kembali kepada cahaya Allah, dan melupakan teori Barat dan Eropa, mengapa kita masih meragukan kesempurnaan ajaran Islam?. Kembalilah kepada fitrah yang telah Allah berikan kepada wanita, sebagai istri yang meneguhkan pijakan kaki suami, sebagai ibu, pendidik pertama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Tak ada yang lebih berharga dalam hidup ini, jika kita memiliki keluarga yang harmonis, suami yang sholeh, istri yang sholehah, anak yang sholeh, sehat dan cerdas, yang disinari cahaya Islam, semua itu tiidak lepas dari kreasi tangan wanita.

Saat ini yang perlu kita lakukan adalah menciptakan generasi kreatif, inovatif, prestatif, edukatif dan produktif. Adalah sebuah mimpi hal itu terwujud jika tidak dilukis oleh tangan-tangan lembut wanita. Untuk mewujudkan itu, tidak lain hanyalah wanita sholehah yang berilmu, berakal dan bertaqwa yang dapat melakukannya.

Wanita sholehah adalah sekuntum bunga terpelihara. Tidak mudah bagi kumbang mengisap madunya. Dalam dirinya tersimpan potensi kepahlawanan yang akan membawa ummat pada puncak peradaban terhormat. Wanita sholehah akan terus membuktikan prestasi kepahlawannya. Apakah keluarga kita yang perempuan termasuk dalam bagiannya?

Senin, Desember 11, 2006

Kokoh dan Indahnya Silaturahmi

By : Aa Gym

Pertama, Meningkatkan Silaturahmi

Hikmah dari sikap Nabi Muhammad selalu berbeda jalan ketika berangkat dan pulang dari masjid adalah karena beliau setiap waktu ingin selalu memperbanyak silaturahmi dengan umatnya. Artinya kitapun harus memiliki budaya yang sama yaitu upayakan memiliki jadwal dan cara khusus untuk bersilaturahmi dengan sebanyak mungkin kalangan, baik yang sudah dikenal ataupun yang belum. Baik yang akrab maupun yang tak menyukai kita.

Andai saja kita tahu kedahsyatan manfaat silaturahmi, niscaya sepanjang waktu ini rasanya ingin selalu bersilaturahmi. Setidaknya silaturahmi yang baik akan menambah saudara baru dan mempereratnya, menambah wawasan dan ilmu serta semakin menambah kekuatan bagi ukhuwah kita. Sering sekali terjadi salah paham karena lemahnya komunikasi akibat jarangnya bersilaturahmi. Pendek kata silaturahmi yang teratur dan terprogram dengan baik adalah bagian kunci suksesnya ukhuwah kita ini.

Kedua, Kirimlah Hadiah

Nabi Muhammad Saw, sudah mengisyaratkan bahwa berkiriman hadiah itu akan menambah rasa sayang dan memang kenyataannyapun demikian. Bila ada yang berkirim sesuatu yang bermanfaat bagi kita, pada umumnya akan senang hati dan merasa hutang budi, cenderung lebih memaafkan dan mempererat hubungan.

Oleh karena itu, kita harus memiliki program pengadaan dana untuk hadiah kepada orang tua, tetangga, kawan dekat, dan siapapun yang kita harapkan dapat bersinergi dalam ukhuwah ini. Tentu saja semuanya ini harus sangat terjaga, keikhlasannya. Biasakanlah setiap kali memiliki makanan, tetanggapun ikut menikmatinya. Jauh sangat lebih baik kita makan hanya separuh dari makanan sendiri dan sebagian yang lain dinikmati saudara seiman lainnya dari pada kenyang sendiri dan orang lain tak mendapatkan apapun.

Ketiga, Jauhi Perdebatan walaupun Benar

Jujur saja sebetulnya perdebatan yang banyak terjadi tampaknya bukan sedang mencari kebenaran tapi lebih dekat kepada mencari kemenangan pendapatnya sendiri, hal ini tampak dari cara dan bentuk percakapannya yang lebih menjurus pada berbantah-bantahan secara emosi, kata yang saling menyerang dan bau permusuhan saling menyudutkan, jauh dari cara kajian ilmiah yang penuh etika.

Maka sekiranya kita ada dalam situasi yang tak sehat ini menghindar dari berdebat bukanlah suatu tindakan menghindar dari kebenaran, melainkan menghindar dari peluang bangkit dan berkobarnya suasana permusuhan, berpalinglah dan carilah topik bahasan yang lebih mempersatukan. Tentu saja bukan tidak boleh mengadakan diskusi pemecahan masalah, namun harus didasari kesiapan mental yang baik, kesiapan ilmu yang memadai, dan kesiapan mendengar serta berbicara yang baik pula, Insya Allah akan datang petunjuk Allah dalam mecari kebenaran.

Keempat, Selalu Berusaha Mendahului Menegur, Mengucapkan Salam, Berjabat Tangan Dengan Ramah Dan Tulus.

Dengan kata lain, praktekkan lima (5) S, senyum sapa, salam, sopan, dan santun. Insya Allah interaksi kita kepada siapapun akan jauh lebih bermakna jikalau wajah kita senantiasa diliputi senyuman, sapa penuh kelembutan, dan akhlak yang penuh kerendahan hati akan memikat setiap orang yang kita jumpai. Alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun.

Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimanapun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.

Rabu, Desember 06, 2006

Sudahkah Aku Mencintai Allah SWT

Semoga kita selalu mengingat akan nikmat yang telah diberikan kepada kita. Tiada yang berharga dari hidup kita selain bersyukur dan beribadah kepada Allah SWT.

Sesungguhnya aku masih belum mengetahui apakah aku sudah mencintai Allah. Dalam hidup aku selalu menganggap bahwa pasangan yang nyatalah yang aku cintai. Seperti Kedua Orang tua, Keluarga, Teman. Cinta terhadap Allah, sungguh aku tidak tahu?

Apakah cinta itu sama seperti aku mencintai Kedua Orang tua, Keluarga, Teman. Aku sungguh tidak tahuuuu ??? Semoga aku sudah mencintai Allah SWT. karena yang tahu cinta aku hanyalah Allah SWT. Betapa nista dan kufurnya aku bila tidak mencintainya.


Allah SWT Engkaulah sang kholik yang esa.


Yaa Allah Hamba memohon Ridho mu.
Yaa Allah Hamba memohon Rahmat mu.
Yaa Allah Hamba memohon Perlindungan mu.
Yaa Allah Hamba memohon Ampunan mu.


Jangan engkau tutup jalan yang lurus menuju surga mu yaa Allah.
Jangan engkau palingkan Aku dari cahaya rahmat mu yaa Allah.
Ingat kan lah selalu aku apabila aku tersesat di jalan Syaitan.
Hanya engkaulah Allah SWT yang pantas mendapatkan cinta aku.

Senin, Desember 04, 2006

Ujian Kehidupan

“Tiap-tiap orang yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa (21) : 35).

Ujian merupakan segala yg terjadi pada manusia baik berupa suatu kesulitan maupun kesenangan. Musibah adalah hal-hal yg tidak menyenangkan yg terjadi pada manusia. Kebanyakan manusia menganggap bahwa ujian dan cobaan hanya berupa derita, kesulitan, kegagalan, bencana dan sejenisnya yg lazim disebut dengan musibah. Jarang dikatakan bahwa kelapangan hidup, kekayaan popularitas dan keberhasilan meraih cita-cita dikatakan ujian, padahal sebenarnya ini juga merupakan ujian dari Allah Swt.

Setiap manusia akan menerima ujian dari Allah Swt. Bentuk ujian itu ialah segala yg tidak disenangi atau yg disenangi oleh setiap orang (ujian bisy-syar dan bil-khair), ujian ini berjalan kedua-duanya, bersamaan atau bergantian, kadang manusia diuji dengan nasib baik, kekayaan dan kesenangan dan adakalanya diuji dengan musibah, kesulitan dan rasa putus asa, tidak ada orang senang terus sejak masa lahirnya tanpa merasakan sedikitpun kesusahan atau keguncangan. Dan sebaliknya, tidak ada orang yg susah terus sepanjang hidupnya tanpa pernah mengalami kesenangan dan kegembiraan. Karena kehidupan di dunia ini terdiri atas hal-hal yg menyenangkan dan yg tidak menyenangkan.

Banyak orang yg lulus dalam ujian bisy-syar (kesusahan/kesulitan) tetapi jatuh dalam ujian bil-khair (kesenangan). Banyak orang yg gagal menghadapi ujian dalam bentuk kebaikan/kesenangan daripada ujian yg berbentuk kesulitan/musibah.

Rasululloh Saw bersabda, “ Demi Allah, bukanlah kefakiran yg aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi aku justru khawatir (kalau-kalau) kemegahan dunia yg kalian dapatkan, sebagaimana yg diberikan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula.” (HR. Bukhari).

Kebiasaan manusia lupa diri ketika menghadapi ujian kesenangan dan kenikmatan, diungkapkan dalam Al Qur’an : “Adapun manusia apabila diberi ujian oleh Tuhan-Nya yaitu diberi tempat yg mulia dan diberikan kenikmatan kepadanya, lalu berkata : ‘Tuhanku telah memuliakan aku.” Dan sebaliknya : “Adapun bila Tuhan-Nya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata : “ Tuhanku menghinakanku”. (QS. 89 : 15-16)

Ada tiga golongan manusia dalam menghadapi musibah/ujian :

Pertama Orang yg menganggap bahwa musibah/ujian kehidupan sebagai hukuman dan azab kepadanya, sehingga ia selalu merasa sempit dada dan selalu berkeluh kesah, bila ia mendapatkan kebaikan dia menjadi kikir.

Sebagaimana firman_Nya : “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”. (QS. 70 : 20-21)

Kedua Orang yg menilai bahwa musibah adalah sebagai penghapus dosa, ia tidak pernah menyerahkan apa2 yg menimpanya kecuali kepada Allah Swt.

Dalam hadits kudsi Allah Swt berfirman : “Demi keagungan dan kalimat-Ku Aku akan mengeluarkan hamba-Ku yg Aku inginkan kebaikan baginya dari kehidupan dunia, sehingga aku tebus perbuatan2 dosanya dengan penyakit pada tubuhnya, kerugian pada hartanya, kehilangan anaknya. Apabila masih ada dosa yg tersisa dijadikan ia merasa berat disaat sakaratulmaut, sehingga ia menjumpai Aku seperti bayi yang baru lahir”.

Ketiga Orang yg meyakini bahwa musibah adalah ladang peningkatan iman dan taqwanya, org seperti ini selalu tenang serta percaya bahwa dengan musibah/ujian itu Allah Swt menghendaki kebaikan bagi dirinya.

Sebagaimana firman Allah Swt : “Maha Suci Allah yg ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yg lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. 67 : 1-2)

Dan dalam ayat yg lain Allah menjelaskan : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yg ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yg terbaik amalnya”. (QS. 18 : 7)

Sabar menghadapi ujian

Ujian/musibah yg ditimpakan kepada manusia ada dua macam :

Pertama Musibah dunia, salah satunya ialah ketakutan, kelaparan, kematian dan bencana alam yg sekarang banyak terjadi di Negara kita ini, seperti tsunami, gempa dsb agar kita bersabar.

Sebagaimana Allah Swt berfirman : “Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. 2 : 155)

Kedua Musibah akhirat, adalah orang yg tidak punya amal shalih dalam hidupnya, sehingga jauh dari pahala dan ridha Allah Swt.

Rasulullah Saw bersabda, “Orang yg terkena musibah bukanlah seperti yg kalian ketahui, tetapi orang yg terkena musibah yaitu yg tidak memperoleh kebajikan (pahala) dalam hidupnya”.

Orang yg terkena musibah berupa kesusahan dan kesulitan di dunia, jika dihadapi dengan kesabaran, ikhtiar dan tawakal kepada Allah, hakikatnya tidak terkena musibah, justru yg didapatkan adalah ladang pahala. Sebaliknya musibah (ujian) kesenangan selama hidupnya jika tidak pandai mensyukurinya, malah digunakan kesenangan tsb dijalan maksiat dan dosa, maka itulah musibah yg sesungguhnya, bukannya pahala/ridha Allah yg didapatkan melainkan menjadi ladang (saham) dosa.

Sebagaimana hadits Rosululloh Saw, “ Sesungguhnya menakjubkan perkara orang yg beriman, seluruh perkaranya menjadi baik ketika ditimpa musibah ia bersabar, itu membawa kebaikan baginya dan ketika mendapatkan nikmat kesenangan dia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya”. (HR. Muslim)

Jika seorang hamba telah mengetahui bahwa orang-orang yg bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah Swt, kesabaran itu telah ditunggu oleh balasan yg paling baik disisi Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya : “Apa yg ada disisimu akan lenyap dan apa yg ada disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yg sabar dengan pahala yg lebih baik dari apa yg telah mereka kerjakan”. (QS. 16 : 96)

Musibah/ujian adalah suatu kepastian yg melanda semua manusia, baik secara perorangan, kelompok atau melanda sebuah Negara. Musibah pada hakikatnya adalah ujian dari Allah Swt, dan ketika ujian itu dapat dilaluinya dengan baik maka akan menaikan derajat dan kebaikan bagi yg diujinya itu, sebagaimana anak-anak pelajar yg akan naik kelas, mereka perlu diuji dahulu. Sebagaimana sabda Rasululloh Saw, “Siapa yg akan diberikan limpahan kebaikan dari Allah, maka diberi ujian terlebih dahulu”. (HR. Bukhari – Muslim)

Semoga setiap menghadapi ujian kesulitan kita bersabar dan berusaha mencari solusi dengan bertawakal kepada Allah Swt, sebagai bukti keimanan kepada-Nya. Dan jika mendapatkan ujian kesenangan, kebaikan kita bersyukur kepada-Nya.

Setiap muslim selayaknya meneladani sikap Nabi Sulaiman As ketika diberi anugerah kekayaan dan kekuasaan yg luar biasa oleh Allah Swt. Sebagaimana diungkapkan dalam Alqur’an : “ini termasuk karunia dari Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau kufur atas nikmat-Nya. Dan barangsiapa yg bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yg ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS. 27 : 40)

Buletin Khairu Ummah Edisi 35/Nopember 2006

Jumat, Desember 01, 2006

Hati – hati menjalani hidup

Kecelakaan di jalan tol lebih besar dibanding kecelakaan di jalan berbelok-belok, becek atau jalan berlubang. Saya dengar, di jalan tol Padaleunyi saja, dalam setahun, telah terjadi sekitar dua ratus kecelakaan. Angka ini lebih banyak di banding kecelakaan di jalan raya biasa.

Begitu pula dalam hidup. Kenyamanan dan keserbacukupan berpotensi melenakan dan menghancurkan. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana serba mudah, lebih rentan tergelincir. Mereka pun cenderung mudah kalah saat di hadapkan pada kondisi sulit. Berbeda dengan anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam kondisi serba sulit. Mereka akan jauh memiliki daya tahan dalam mengarungi hidup. Betapa banyak orang sukses mengawali hidupnya dari kondisi serba darurat. Ketika kesulitan menghadang, mereka akan menghadapinya dengan senyuman. Mengapa? Karena kesulitan sudah jadi "mainan" sehari-hari.

Ibaratnya, hidup serba mudah seperti jalan tol, lurus, rata, konstan dan mudah diprediksi belokannya. Sedangkan hidup serba susah bagaikan berkendaraan di jalan penuh kelokan. Sulit diprediksi, dinamis, menuntut konsentrasi dan kehati-hatian ekstra. Sehingga kecelakaan lebih dapat diminimalisasi.

Kalau kita cermati, ternyata ada kemiripan antara kecelakaan di jalan raya dengan kecelakaan dalam hidup. Khususnya bila dilihat dari penyebabnya. Mari kita lihat.

1. Ngantuk karena tidak pandai mengukur kemampuan diri. Dalam hidup, kalau seseorang tidak pandai menyikapi hidup dan mengukur kemampuan dirinya, maka ia akan mudah tergelincir.

2. Ugal-ugalan. Orang yang ugal-ugalan dalam hidup, tidak memakai perhitungan matang, tergesa-gesa mengambil keputusan, kehidupannya pasti berantakan.

3. Nyetir sambil menelepon. Mirip dengan orang yang lalai, tidak waspada dan berdisiplin. Ia kurang bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Akibatnya sungguh fatal.

4. Ceroboh, tidak terampil menggunakan rem misalnya, mirip orang yang tidak terampil mengendalikan nafsu. Kita dapat menduga apa yang akan terjadi pada orang yang kurang terampil mengendalikan nafsu, hati akan mengeras, susah akur, tamak, dsb.

5. Tidak memiliki persiapan matang, tidak memeriksa kendaraan sebelum berangkat. Hal ini mengingatkan kita betapa pentingnya melakukan persiapan dan perencanaan matang sebelum beraktivitas. Gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan gagal. Orang yang tidak memiliki perencanaan dalam hidupnya, berpeluang besar untuk gagal.

6. Belum lancar mengendarai. Dalam hidup, kalau kita tidak terampil dan terlatih menghadapi masalah, akan membuat hidup terasa ruwet dan getir. Di sinilah pentingnya amal yang berkesinambungan di bawah dibimbing seorang pelatih profesional. Dalam hidup, pembimbing kita adalah Alquran dan hadis.

7. Tidak tahu rambu-rambu lalu lintas, sama artinya dengan tidak memahami aturan hidup yang digariskan agama. Atau, orang yang mengetahui adanya rambu-rambu lalu lintas, namun tidak mau menaatinya.

Kehidupan kita tidak jauh beda seperti seorang yang mengendarai mobil di jalan. Maka berhati-hatilah menjalani kehidupan ini agar kita selamat menuju alam akhirat, seperti kita menghindari kecelakaan di jalan raya.

- KH Abdullah Gymnastiar -