Jumat, Agustus 21, 2009

KHUTBAH RASULULLAH SAW MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN

Wahai manusia!
Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu ALLAH dan dimuliakan oleh-Nya.

Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu, ibadahmu, amal-amalmu diterima dan doa-doamu di ijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah dibulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat.

Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.

Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdo'a pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih;

Dia menjawab mereka ketika mereka menyeruNya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia!
Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah!

Allah ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.

Wahai manusia!
Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.

Sahabat-sahabat lain bertanya: "Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.
" Rasulullah meneruskan: Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.
Wahai manusia!

Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.

Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.

Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia!
Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.

Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin berkata: "Aku berdiri dan berkata: "Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?" Jawab Nabi: Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah".

**Marhaban** Yaa Ramadhan**......**

" Sesungguhnya Allah telah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan Dia memberi pengajaran kepadamu, agar kamu dapat mengambil pelajaran"(QS An Nahl 90).

Jumat, Agustus 14, 2009

Jangan lagi mulai dari Nol

Memelihara Moment Ramadhan


“Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat , menjadi cerai berai kembali” (QS. An Nahl (16) : 92)


Ramadhan datang, Ramadhan pergi. Begitulah sunnatullah yang berlaku pada kehidupan alam semesta ini. Keadaan yang melingkupi diri seorang mu’min dari Ramashan ke Ramadhan berikutnya pun hampir pasti berbeda-beda.


Kesadaran Hakiki


Hampir merata setiap mu’min terpanggil dan tergugah kesadaran hakikinya sebagai hamba Allah SWT, begitu Ramadhan datang, gegap gempita kaum mu’minin seantero dunia dalam menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan adalah merupakan indikasi yang paling mudah dibaca. Masjid penuh sesak, tilawah Al Qur’an yang menggema membahana naik ke langit dari hampir setiap rumah tangga mu’min, bahkan dari kantor, stasiun dan pasar sekalipun. Busana muslimah yang rapi dan anggun mewarnai hampir setiap komunitas termasuk komunitas sinetron dan bisnis. Kesalehan sosialpun segera tampak, dari sejak memberi makan berbuka (ifthar ash-sha’imin) sampai berbagai bentuk kepedulian sosial yang lebih berkualitas. Jangan lagi dipertanyakan kajian-kajian keislaman yang beragam dan semakin intens saja. Dan mata pun begitu murah dan gampang berurai berlinang air mata. Bi Dumuw’i Al iman Nastaqbil Ramadhan (Dengan airmata iman kita sambut dan jalani Ramadhan) begitu judul buku yang ditulis oleh syaikh Sulaiman Abdul Karim Al-Mufrij.


Tntu, itu semua tidak menafikan adanya sebagian mu’minin yang merasa terpasung dan terpenjara oleh Ramadhan, yang melewati hari-hari Ramadhan dengan rasa kesal, sesak nafas, menggerutu dan berbagai sumpah serapah, Na’udzubillah min dzalik.


Peningkatan Siklikal


Ssudah Ramadhan berlalu, adakah telah terjadi peningkatan kualitas diri seorang mu’min secara signifikan?.

Ayat diatas (QS. 16:92) sesungguhnya memberikan peringatan dini terhadap setiap mu’min agar tidak bersikap dan berlaku naif, ibarat perempuan yang memintal, menenun benang helai demi helai, berhari-hari, berpekan bahkan berbulan-bulan hingga menjadi kain yang kuat dan indah. Bisa bermanfaat untuk berbagai jenis pakaian dan asesoris,etapi tiba-tiba menguraikannya kembali helai demi helai terburai tak menentu bahkan menjadi benang kusut tak bernilai lagi sama sekali. Segalanya hilang percuma.


Dalam konteks shaum (puasa), peningkatan seperti ini adalah peningkatan siklikal, amalan-amalan meningkat tinggi dan bahkan drastis tetapi usai Ramadhan turun drastis pula, maka setiap Ramadhan memulai dari nol, Nol Besar.


Inilah kondisi buruk seorang mu’min yang apa boleh dikata-diaminkan Rasulullah SAW sebagai orang yang rugi (ketika Jibril a.s. memnberitakan kondisi itu kepada Rasul).


Rugi bagi seseorang yang (dalam hidupnya) dilewati bulan Ramadhan, hingga Ramadhan kemudian berlalu, ia tidak diampunkan dosanya oleh Allah SWT (HR. Bukhari dan Baihaqi)


Dalam konteks dakwah dan amal jama’i kondisi ini dilukiskan seorang penyair : Kapan sebuah bangunan mencapai hari selesainya? Jika anda membangunnya, selain anda menghancurkannya.


Peningkatan Struktural


Maka, peningkatan kualitas yang mesti diupayakan oleh diri seorang mu’min dengan ibadah shaum dan ibadah-ibadah lain yang menyertainyaadalah peningkatan struktural (Al-irtifaa at-tashaa’udy), peningkatan secara berjenjang, ibarat struktur anak tangga. Jangan lagi mulai dari Nol, artinya setelah gegap gempita amaliah satu Ramadhan, menurun normal pada bulan Syawal, tetapi naik dari nol ke anak tangga satu, posisi anak tangga satu (dari bawah) dijaga sepanjang bulan-bulan berikutnya. Jika Ramadhan datang lagi mulai dari satu dan bukan dari nol lagi. Begitu seterusnya, meningkat secara terstruktur. Rindu lagi Ramadhan, meminjam ungkapan puitis Taufiq Ismail, menjadi lebih bermakna.


Memelihara Moment Ramadhan


Ramadhan adalah moment ketaatan dan kepatuhan hamba, moment taqarrub ilallah, moment kepedulian sosial dan moment pembelaan terhadap kesucian Al Islam dan masa depannya. Moment-moment imani (Mawaqif imaniyah0 ini haruslah dijaga seterusnya.

Allah Yang Maha Mengetahui dan Menghitun

g amal manusia di bulan Ramadhan, DIA jugalah yang berkuasa menghitung segala amal hamba-Nya dibulan-bulan lainnya. Tak terjadi pergeseran penguasa. Penguasa tunggal : ALLAH SWT. Secara deskriptif pemeliharaan moment-moment itu bisa dilakukan melalui antara lain :

1. Al Iltizam bi shalatil jama’ah fil masjid (komitmen dengan shalat jamaah 5 waktu di masjid)

2. Mudawamatu tilawatil Qur’an (Melestarikan baca dan tadabbur Al Qur’an)

3. Mudawamatu qiyami’l-lail (Melestarikan shalat malam atau tahajud)

4. Hifdzul lisan wal bashar wal faraj (Menjaga lisan, mata dan kehormatan)

5. Al Inayah bil mustadh-afin (Peduli terhadap yang lemah dan dilemahkan)

6. al Hirsh ’alal ’ulumin-mafi’ah (Rajin berusaha menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat)

7. Ad Da’wah ilallah wa ad-difa’ ’anil Islam (Dakwah ilallah dan membela al Islam)

8. Iftinabul Ma’ashi wal unkarat (Menjauhi berbagai kemaksiatan dan kemungkaran)

9. At-Tawarru’ ’anisy-syubuhat (Memelihara diri dari segala samar/bias)

10. Muzawalatu ruhit Tadhhiyah wal itsar (Terus melatih memupuk semangat berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain)


Konsistensi wajah dan wijhah menuju dien yang benar dan lurus, yang telah terbina baik sepanjang Ramadhan, sudah barang pasti haruslah dijaga.


”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum : 30)


Ya Allah, berikanlah hamba kesempatan mereguk kenikmatan surgawi Ramadhan tahun depan, amin ya Rabbal ’alamin. Wallahu a’lam bi shawab.


Sumber : Muzayyin Abdul Wahhab (Intisari khutbah Idul Fitri 1426 H di kedubes Malaysia).