Kamis, Mei 28, 2009

Amirah Catering & Bridal Decoration

Amirah Catering & Bridal Decoration
Internasional & Tradisional

Suparmadi

Jl. Jasawarga Gg. Damai Raya No.117 Rt.005 Rw.21
Depok Timur 16418
Phone: 081282407371


Contoh Dekorasi:































































































Dekorasi Gate


Dekorasi Model Gebyok Variasi


Dekorasi Model Kertas Kaca Varisi tirai salem dan pilar bunga


Dekorasi Model Kertas Kaca

Panjang Dekorasi +/- 12 M dengan kertas kaca variasi pilar-pilar bunga artificial 5 Rangkaian bunga untuk belakang pengantin dan kiri kanan orang tua depan mini garden

Dekorasi Model Mahkota Sunda Irza

Panjang dekorasi +/- 14 M dengan hiasan strofon 5 rangkaian bunga Depan mini garden

Dekorasi Model Istana Tirai unggu


Dekorasi model Subur variasi tirai

Panjang dekorasi +/- 12 m dengan bunga artificial 4 Rangkaian bunga fresh untuk kiri kanan pengantin dan orang tua depan rangkaian bungan artifial memanjang


Dekorasi Model Palembang



Dekorasi Model Kertas Kaca

Panjang Dekorasi +/- 12 M dengan kertas kaca variasi pilar-pilar bunga artificial 5 Rangkaian bunga untuk belakang pengantin dan kiri kanan orang tua depan mini garden


Dekorasi Model Taman



Dekorasi Model Subur Deptan



Dekorasi Model Bambu



Dekorasi Model Gebyok Variasi Palimanan air terjun

Panjang dekorasi +/- 12 m dengan rangkaian bunga fresh belakang bambu 4 Rangkaian bunga untuk kiri kanan pengantin dan orang tua Depan mini garden


Dekorasi Model Batak Rumah Gorga Variasi



Dekorasi Model Gebyok Full Fresh


Rabu, Mei 27, 2009

Keputusan Tepat

Sesungguhnya orang mukmin yang cerdas adalah orang yang selalu tegas dalam memutuskan. Dalam bersikap, dia tidak plin-plan. Sifat ragu-ragu senantiasa dibuang jauh-jauh. Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya, kemudian mereka tidak ragu-ragu..''(QS.Alhujurat [49]:15).


Ayat di atas mengisyaratkan orang mukmin dituntut cerdik dalam bersikap. 'Aid bin Abdullah Al Qorni dalam bukunya La Tahzan mengatakan, orang cerdik adalah orang yang mengetahui urusan yang dijalaninya dapat tuntas atau tidak, membawa kebaikan atau tidak, dapat dilanjutkan atau tidak. Sehingga, ia akan bertindak cepat dalam
memutuskan, bukan sebaliknya, menghabiskan waktu karena sibuk memutuskan.


Imam Muslim meriwayatkan Rasulullah mengilustrasikan kegamangan orang munafik dengan seekor kambing yang kebingungan di antara dua kelompok. ''Perumpamaan orang munafik adalah seperti kambing buta yang berada di antara dua kambing, sesekali berjalan ke salah satu kambing dan berjalan ke kambing yang lain di lain waktu.'' (HR Muslim).

Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 45, seorang Muslim sebaiknya jauh dari sikap 'selalu bimbang dalam keragu-raguannya'. Seringkali setelah mengambil keputusan, keraguan memang acap datang dan timbul dengan sendirinya.


Bahkan, Nabi Yunus AS dengan tegas menyarankan kaumnya yang diduga tidak setia padanya tidak ragu mengambil langkah. ''.... Bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku), kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.'' (QS Yunus [10]:71).


Bila keputusan sudah diambil, pantang bagi orang yang berpegang pada keyakinannya membiarkan diri dalam kebimbangan. Rasulullah bersabda, ''Janganlah kamu katakan 'kalaulah aku mengerjakan seperti ini', tapi katakanlah 'takdir Allah'. Sesungguhnya kata 'kalaulah' bakal membukakan amal setan.'' (HR Muslim).


Teguh memegang komitmen dan pantang berbalik ke belakang, begitulah semestinya tindak lanjut setelah keputusan diambil. Wallahu a'lam bish- shawab.

Sumber : Teguh Hudaya

Jumat, Mei 01, 2009

Jika Esok Tak Pernah Datang

Oleh Bayu Gawtama

Setiap bangun tidur dan membuka mata, yang terucap adalah kalimat syukur bahwa Allah masih mengizinkan diri ini kembali melihat fajar. Merasai hembusan angin pagi yang menerobos celah jendela, dan menjumpai semua yang semalam terlihat sebelum mata terpejam masih seperti sedia kala, tidak ada yang berubah.

Kemudian melangkahlah dengan iringan doa di gerbang mungil menuju arena perjuangan kehidupan. Dengan tuntunan-Nya lah diri ini tak melangkah ke jalan yang salah, tak menjamah yang bukan hak, tak melihat yang dilarang, tak memamah yang tak halal, tak mendengar yang batil, dan tak banyak melakukan yang sia-sia. Karena setiap waktu yang terlewati pasti akan ditagih tanggungjawabnya. Lantaran semua jalan yang dilalui akan dimintai kesaksiannya atas diri ini. Dan sebab seluruh indera ini akan diminta bicara tentang apa-apa yang pernah tercipta.

Hari ini, masih ada lalai terbuat. Masih juga lengah sehingga khilaf tercipta. Meski segunung tausyiah pernah didengar, mulut ini masih terselip berucap dusta, saringan telinga ini tetap tak mampu membendung suara-suara melenakan, dan masih saja ada perbuatan yang salah, walau itu dalam bingkai alpa. Padahal, di setiap terminal ruhiyah, sedikitnya lima kali sehari lidah ini berucap, tangan ini tertengadah, dan mata menitikkan butir bening, seraya memohon perlindungan dari Allah dijauhkan dari salah dan dosa. Tetapi, masih juga langkah ini menuju arah yang sesat.

Setiap hari menangis, setiap hari meminta ampunan, setiap hari berbuat salah. Hari ini mencipta dosa, esok sibuk bersujud, meluluhkan air mata, menyusun kalimat doa, menganyam pinta semoga Allah menghapusnya dalam sekejap. Detik ini berbuat salah, terlalu lama menghapusnya, bahkan kadang lupa. Padahal, bisa saja sedetik kemudian diri ini tak lagi sempat memohon ampunan. Lupakah bahwa waktu sangat cepat berlalu. Lupakah pula bahwa menyesal di akhirat hanyalah kesiaan yang nyata?

Bagaimana jika hari esok tak pernah datang, padahal baru saja seharian ini berenang di lautan dosa. Padahal belum sempat menghapus noda hari ini, kemarin, sepekan yang lalu, setahun lalu, dan bertahun-tahun yang lalu.
Bagaimana jika Allah tak berkenan membukakan mata kita setelah sepanjang malam terlelap? bagaimana jika perjumpaan dan canda riang bersama keluarga semalam adalah yang terakhir kalinya. Ketika esok harinya ruh ini melihat seluruh keluarga menangisi jasad diri yang terbujur kaku berkafan putih.

Bagaimana jika matahari esok terbit dari barat, tak seperti biasanya dari timur? Padahal hari ini lupa menyebut nama-Nya. Padahal di hari ini, belum sempat mengunjungi satu persatu keluarga, kerabat, sahabat, tetangga, dan orang-orang yang pernah tersakiti oleh lidah dan tindakan kita. Sudah terlalu lama tak mencium kaki orang tua mencari keridhaannya, walau tak
terhitung salah diri. Belum lagi sempat berderma, setelah derma kecil beberapa tahun lalu yang sering kita banggakan.

Dan jika memang esok tak pernah datang. Sungguh celakalah diri ini.
Benar-benar celaka, bila belum sempat mencuci dosa sepanjang hidup. Bila belum mendengar ungkapan maaf dari orang-orang yang pernah terzalimi, bila belum menyisihkan harta yang menjadi hak orang lain, bila belum sempat meminta ampun atas segala salah dan khilaf yang tercipta.

Maka, saat pagi ini Allah masih memperkenankan diri menikmati fajar, mulaikan hari dengan kalimat, "terima kasih, Allah"