Tawakal adalah salah satu sarana yang bisa mendatangkan kebaikan serta menghindari kerusakan. Ini berlawanan dengan pendapat yang mengatakan bahwa tawakal hanyalah sekedar ibadah yang mendatangkan pahala bagi hamba yang melakukannya, seperti orang yang melempar jumrah.
Juga berlawanan dengan pendapat bahwasannya tawakal berarti meniadakan prinsip sebab musabab dalam penciptaan serta urusan sebagaimana pendapat dari golongan mutakalimin seperti Al-Asy’ari dan lainnya.
Ibnul Qayyim mendefinisikan tawakal sebagai : “Sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya.” seperti itu karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya (Bada’I Al-Fawa’id: 2/268).
Bukti terbaik adalah kejadian nyata. Telah diriwayatkan oleh Al Bukhari yang dinasadkan kepada Ibnu Abbas : Hasbunnallahu wa nima Al-wakiil, yang artinya : Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.
Ungkapan ini diucapkan Nabi Ibrahim saat tubuhnya dilemparkan ke tengah-tengah api yang membara. Juga diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika dikatakan kepadanya : “Sesungguhnya orang-orang musryik telah berencana membunuhmu, maka waspadalah engkau terhadap mereka.” (Diriwiyatkan oleh Al Bukhari dalam bab Tafsir 4563, Fathul Bari :8/77)
Dan diriwiyatkan oleh Al Baihaqi yang disanadkan kepada Bastar bin Harits, ia berkata : ketika Nabi Ibrahim digotong untuk dilemparkan kedalam api, jibril memperlihatan diri padanya dan berkata : “Wahai Ibrahim, apakah kamu perlu bantuan?” Ibrahim menjawab : “Jika kepada engkau, maka saya tidak perlu bantuan,” (Diriwayatkn oleh Ibni Jarir dalam Tafsirnya 17/45, Al-Baqhwi dalam tafsirnya 4/243). Ini adalah bagian dari kesempurnaan tawakal yang hanya kepada Allah semata tanpa lainnya.
Apa yang terjadi setelah itu? Allah berfirman : “ Kami berfirman : Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim’, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka orang-orang yang paling merugi”. (QS. Al Anbiya : 69-70).
Dan firman Allah tentang orang-orang beriman : “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu, Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal.” (QS.Al Maidah(3): 1).
Kandungan dari ayat ini adalah bahwa sikap tawakal kepada Allah yang ada dalam hati orang-orang yang beriman adalah salah satu sebab Allah menahan tangan orang-orang kafir yang hendak mencelakakan orang-orang yang beriman, Allah menggagalkan apa yang diingini oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.
(Dikutip dari buku Rahasia tawakal & sebab akibat oleh Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji.)
Sumber : Dialog Jum’at Tabloid Republika, Jum’at 23 April 2004