Senin, November 20, 2006

Temanku, Tuhanku

“Ia mengatakan kepada teman dialognya: ‘Apakah kamu tidak bersyukur terhadap nikmat Tuhan yang telah menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes sperma, kemudian membentukmu menjadi seorang pria?” (QS. Al Kahf : 37)

“ Wahai dua temanku sepenjara! Apakan Tuhan – tuhan yang beraneka ragam lebih baik, ataukah Allah Yang Esa Yang Perkasa?” (Qs. Yusuf : 39)

Kata teman, kawan, konco, sahabat dll mempunyai makna yang mirip dalam bahasa Indonesia, yaitu orang lain yang dekat dengan kita, yang tidak mempunyai hubungan darah. Selain itu, teman juga berarti pendamping dan dengan demikian; anak, ayah, ibu, mertua, kakek yang mempunyai hubungan keluarga dengan kita juga dapat menjadi teman.

Setiap orang mempunyai teman yang mendampinginya dalam hidup ini pada masa tertentu. Ada teman bermain yang menemani dalam bermain, atau teman bicara yang menemani dalam bicara, atau teman hidup yang menemani dalam hidup, baiik sebagai istri maupun sebagai suami. Ada teman kencan yang menemani kencan tetapi biasanya bukan diikat oleh tali perkawinan dan ini dilarang oleh Allah dan bertentangan dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat islam.

Kehidupan ini tidak mungkin dilalu tanpa teman, dan ini tidak hanya khusus bagi bangsa manusia, tetapi juga binatang dan makhluk-makhluk yang lain. Bahkan ada pertemanan antara dua makhluk yang berbeda, misalnya antara manusia dan binatang, antara manusia dan jin atau setan.

Dalam islam mausia boleh berteman dengan binatang tetapi dilarang berteman dengan iblis atau setan. Khusus setan, maka makhluk ini diciptakan Allah menjadi musush manusia. Allah meminta supaya manusia menjadikan setan sebagai musuh.

“Setan itu sesungguhnya adalah musuh kalian karena itu jadikanlah ia sebagai musuh.” (Qs. Fathir : 6)

Karena musuh maka pertemanan dengan iblis atau setan akan berakhir dengan kekecewaan bagi manusia. Satu saat iblis atau setan akan mencelakakan mausia. Banyak orang yang menjadi susah kehidupannya di kemudian hari, bahkan susah untuk menghembuskan nafas terakhir dikala sakaratulmaut karena pada masa mudanya berteman dengan setan atau iblis.

Kebutuhan kepada teman sering menjadi kebutuhan dasar. Anak kecil butuh bermain dan orang dewasa butuh relaksasi. Ia membutuhkan seseorang atau beberapa orang dalam bermain atau upaya menghilangkan stress dengan berlibur, olahraga dll. Ini tidak ada salahnya dilakukan selama permainan dan relaksasi tsb tidak bertentangan dengan ajaran islam.

Orang juga butuh teman bicara. Orang mungkin tidak butuh uang atau bantuan, tetapi sorang teman yang dapat mendengarkan pendapat dan keluhannya, atau paling tidak untuk memecah kesunyian hidup. Teman bicara ini mungkin isteri/suami, anak/cucu, teman dekat atau siapa sajaa yang dapat menjadi pendengar yang baik. Kadang-kadang kita tidak menemukan teman bicara padahal kita sangat membutuhkannya, jalan keluar terbaik adalah berbicara kepada Allah melalui munajat, do’a dan membaca Al Qur’an.

Setiap insan tentu butuh teman hidup, mempunyai istri/suami. Melakukan perkawinan adalah sunnah (hokum) kehidupan yang ditetapkan oleh Allah. Dengan menikah hidup akan tenang, kasih sayang akan terbentuk dan anak cucu penerus cita-cita dan generasi yang akan lahir. Karena itu memutuskan untuk hidup membujang sepanjang umur tidak sesuai dengan sunnah (hokum) kehidupan tsb.

Teman pun tidak satu jenisnya. Ada teman dekat dan ada teman jauh atau teman akrab dan teman biasa. Teman biasa adalah teman yang biasa kita temui di tempat kerja, kantor, sekolah, universitas, organisasi, partai politik, pemukiman dll. Kita berteman karena sering bertemu dan hidup dilingkungan yang sama. Sungguhpun dekat dimata teman seperti ini belum tentu dekat di hati.

Kitapun mengenal teman dekat/akrab yang selalu memperhatikan temannya. Teman dekat inilah yang dapat dijadikan tempat curahan hati (curhat). Bila hati yang santun dan bersahabat bertemu dengan hati yang lain yang juga santun dan bersahabat, maka keduanya akan melahirkan persahabatan kental.

Teman biasa adalah teman dikala suka tetapi teman akrab adalah teman dikala suka dan duka, dikala lapang dan sempit. Inilah sahabat karib, dari bahasa arab sahaabah qariibah yang selalu dekat dan menyertai, sekalupun berpisah secara fisik.

Pertemana yang terbaik adalah dengan Allah Pencipta manusia. Seorang nabi Allah yaitu Ibrahim a.s. juga disebut sebagai teman Allah (Khalilullah / Khalilurrahman)

“Allah telah mengambil Ibrahim sebagai teman.” (Qs. An nisa : 125)

Dengan menjadikan Allah sebagai teman hidup, orang tidak akan pernah kecewa. Teman akrab sekalipun tidak mungkin dihubungi terus menerus selama 24 jam, tetapi Allah bisa. Ia akan mendengarkan keluhan kita bila kita mengeluh kepada Nya. Teman akrab sekalipun tidak akan mungkin selalu dekat kepada kita, tetapi Allah lebih dekat kepada kita daripada batang leher kita sendiri (QS. Qaf : 16), bila kita dekat kepada Nya.

Pertemanan dengan Allah tidak mungkin diselingi pertemanan dengan iblis/setan. Baik setan iblis maupun setan manusia. Hal itu karena minyak tidak mungkin bersatu dengan air. Air tidak mungkin bersatu dengan api. Hak tidak mungkin bersatu dengan bathil. Kedzaliman tidak mungkin diaduk dengan keadilan dst.

Sebaliknya pertemanan dengan Allah juga tidak bias diselingi dengan pertemanan antara sesame manusia berdasarkan kebohongan, tipu daya, pengkhianatan, menggunting dalam lipatan dll. Pertemanan sesame manusia harus berdasarkan keridhaal Allah, karena Allah mencintai kita disebabkan perbuatan kita dan kita cinta kepada Nya karena Allah yang paling berhak untuk dicintai. Cinta kita kepada Nya membuat kita dekat dengan Nya dan Allah dekat dengan kita.

By : Dr. Rifyal Ka’bah, MA
Sumber : Buletin Dakwah No. 15 thn XXXIII/14 April 2006

0 komentar: