Nada-nada dari lagu yang ditiup
angin senja, terus menggulirkan makna pada setiap kata, walau kadang tak
dimengerti pada jamannya. Pemikir-pemikir cemerlang seringkali dikucilkan
manusia di sekelilingnya, karena tak paham apa yang diucapkannya. Sehingga
mereka seringkali dituduh aneh, nyeleneh, bahkan gila.
Sepanjang jalan kehidupan yang tak
selamanya lurus, dihadapi dengan kebijaksanaan yang tulus, dan terus menerus
bergema dengan kata-kata bagai dalam syurga Firdaus. Hanya segelintir orang
yang memahaminya, hanya sedikit yang paham apa yang dikatakannya, karena
setiap katanya tersembunyi hikmah yang tidak didapat, kecuali dengan membaca
dan membacanya lagi.
Bagai rahasia di dalam rahasia,
bagai boneka Matrioskan Rusia yang unik, di dalam boneka ada boneka lagi,
dibuka lagi ada boneka dalam boneka tadi, dibukan lagi ada lagi boneka di
dalamnya, begitu seterusnya, berlapis-lapis. Begitulah makna setiap kata yang
diucapkannya, tak bisa langsung dimengerti pada masanya, pada jamannya, seakan
kata-kata yang diucapkan melesat ke masa depan, jauh meninggalkan jaman.
Dan pada setiap jaman ada puasa,
sesuai dengan firmanNya dalam surat Al Baqoroh: 183” Wahai orang-orang
yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibakan atas-atas
orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” Perhatikan ayat tersebut,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang sebelum kamu, jadi puasa yang
dilakukan pada bulan ramadhan akan terus datang dan datang lagi, persis
dengan kelahiran manusia manusia, yang terus menerus lahir, dan lahir kembali.
Manusia yang lahir kembali dalam hitungan waktu, bagai bait-bait berikut ini:
Dalam keheningan malam yang sunyi
Salju-salju tipis turun kepersada
bumi
Di tengah lelapnya tidur makhlukMu
Ada nada-nada bahagia menyambut
kelahiran kembali.
Wahai waktu yang terus bergerak maju
Tak ada yang dapat menghentikanmu
Tak ada yang dapat menyetop gerak
langkahmu
Tak ada yang dapat membuatmu mundur
walau sedetik
Semua mengiringi gerak langkahmu.
Air yang terus mengalir dalam gerak
tak henti
Angin yang terus berhembus membuai
dedaunan
Kupu-kupu yang berterbangan di taman
taman kehidupan
Menyambutmu kelahiranmu yang
berulang.
Kala
lumpur-lumpur diseberang jalan sana menghadang jalanmu
Tetaplah
melangkah walau ilalang tajam menggores kakimu.
Ada
mutiara di laut yang dalam
Ada hikmah
pada setiap musibah.
Teruslah melangkah wahai deru napas
kehidupan
Kelahiranmu yang terus berulang
dalam nada rindu syurgawi
Menghantar kedalam pelukan kasihNya
Yang tiada henti-hentinya menebar
aroma wangi ke persada bumi
Sujudlah
Bersukurlah
Sepanjang waktu.
Semoga setiap napas yang kau
hembuskan
Dan setiap langkahmu kakimu
Dalam ridho dan ampunanNya!
Begitulah bunyi bait-bait tentang
kelahiran manusia, dan wahai manusia, dalam setiap saat engkau lahir kembali,
saat tidur dan kau terbangun, itu kelahiranmu yang terbaru, kau yang sekarang
ini, di saat ini, bukan engkau yang tadi dan baru saja berlalu. Dalam
setiap saat kau adalah manusia baru, kelahiran baru dan setiap saat kau “
berulang tahun”. Bahagia terus menyambut kelahiranmu, dalam hitungan yang
tak terhingga banyaknya, dan bila kau sadari itu, tersungkurlah kau dalam sujud
keabadianmu!
Dan ramadhan pun datang, bagai
lahir kembali, ramadhan yang lalu bukan ramadhan kini, ramadhan kini bukan
ramadhan yang akan datang, ramadhan selalu lahir dan lahir kembali, sama dengan
manusia yang selalu lahir dan lahir kembali, ramadhan bagai siklus
sejarah, yang terus menerus berputar, ramadhan dulu, ramadhan kini dan
ramadhan yang akan datang, namanya sama, tapi peristiwanya beda. Pertanyaannya
sekarang, sudah siapkah kau menyambut kehadiran bulan yang suci itu? Bulan yang
lahir kembali sepanjang tahun, selama bumi masih beputar dan kiamat belum tiba.
Selamat datang bulan ramadhan
Selamat datang bulan suci
Selamat datang bulan yang melahirkan
manusia kembali kepada fitrahnya sendiri
Selamat datang bulan yang dinanti
jiwa-jiwa suci
Selamat datang bulan yang membentuk
kerendahan hati manusia
Selamat datang bulan yang
menyehatkan manusia.
Begitulah orang-orang beriman menyambut
kelahiran bulan ramadhan dan akan terjadi sebaliknya bagi orang-orang yang tak
beriman. Dan memang puasa diwajibkan bagi orang yang beriman, yang tidak
beriman, ya tidak terkena kewajiban tersebut. Makanya sangat berbeda sekali
berpuasa di Rusia yang Islamnya minoritas, dengan puasa di Indonesia yang
Islamnya mayoritas di Dunia.
Oleh: Syaripudin Zuhri
Sumber : Eramuslim.com